GenPI.co - Harga sawit atau crude palm oil (CPO) kembali naik pada Senin (10/5).
Namun, stok yang melonjak pada periode April membatasi kenaikan harga sawit.
Kontrak minyak sawit untuk pengiriman Juli di Bursa Malaysia Derivatives Exchange menguat MYR 21 atau 0,33 persen menjadi MYR 6.421 (USD 1.465) per ton.
Pekan lalu, harga sawit merosot 10 persen karena produsen sawit terbesar, yaitu Indonesia bakal mencabut larangan ekspor sawitnya.
Meski begitu, kebijakan tersebut belum jelas kapan direalisasikan.
"Larangan minyak sawit Indonesia dapat menyebabkan penurunan permintaan yang disebabkan oleh harga minyak sawit yang lebih tinggi," kata Ivy Ng, kepala penelitian perkebunan di CGS-CIMB Research.
Persediaan minyak sawit Malaysia pada akhir April kemungkinan naik menjadi 1,55 juta ton.
Dewan Minyak Sawit Malaysia dan surveyor kargo dijadwalkan untuk merilis data penawaran dan permintaan mereka pada Selasa (10/5).
Kontrak soyoil teraktif Dalian turun 0,9 persen, sementara kontrak minyak sawitnya merosot 1,7 persen.
Sementara itu, harga kedelai di Chicago Board of Trade turun 0,3 persen.
Minyak sawit dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak mentah. Kedua komoditas itu bersaing untuk mendapatkan bagian di pasar minyak nabati global.
Harga minyak mentah tergelincir, bersama dengan pasar saham di Asia.
Data China yang lemah dan kekhawatiran resesi global mengurangi permintaan minyak.
Minyak mentah yang lebih lemah membuat kelapa sawit menjadi pilihan yang kurang menarik untuk bahan baku biodiesel.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News