Kisah Serabi Afizah dan Arzan

19 Juni 2019 08:57

GenPI.co – Julukan pejuang tangguh agaknya layak disematkan kepada pasangan suami istri Afizah dan Arzan. Rumah mereka yang rontok terdampak musibah likuifasi di Palu, Sulawesi  Tengah, medio 2018 silam  tak membuat keduanya patah arang. Kisah hidup mereka terus dirajut.

Pascamusibah, kondisi kehidupan mereka memang tak lagi sama. Tinggal di hunian seadanya, Afizah dan Arzan tetap semangat menjalani hari. Untuk bertahan hidup, mereka berjualan kue serabi  di Pasar Lasoani, Palu.

GenPI. co bertemu kedua pasangan ini saat sedang  ‘hunting’ di Pasar Lasoani beberapa waktu silam. Tampilan serabi, atau Surabe dalam aksen suku asli Kota Palu, yang menggiurkan membuat GenPI,co berhenti di lapak sederhana mereka. 

Baca juga:

Ini Kiat Meraih Sukses ala Chelsea Islan dan Merry Riana 

Kisah Mahasiswa ATMI Surakarta yang Dibiayai Pemprov Gorontalo Azran dan Afizah (Foto: Dorothea Suzana/GenPI.co)


Arzan terlihat sangat hati-hati menumpahkan adonan kue serabi pada cetakan kue yang sudah panas di atas kompor. Sementara sang istri, Afizah, dengan sabar dan suara lembut melayani pembeli kue serabi satu persatu dengan ramah.

Seperti bahan adonan original kue serabi pada umumnya, serabi kali ini oleh Afizah diberi dua pilihan pelengkap. Ada yang menggunakan gula putih, sementara yang lain memanfaatkan dan gula kelapa.  Setelah matang, serabi diangkat dari cetakan, kemudian disajikan dililit dengan selembar daun pandan. Hal itu  menambah aroma khas pada kue serabi buatan pasangan itu.

Serabi buatan Afizah dan Arzan tidak mahal. Dua potong ditebus dengan Rp2500 saja. Lantaran murah, serabi yang mereka buat selalu ludes. 

dijual dengan harga yang sangat terjangkau 2500 untuk sepasang serabi, jajanan pasar ini selalu habis terjual. saat ikut menemani mereka berjualan saya pun harus merelakan pesanan serabi saya akhirnya menjadi milik orang lain.

Setelah semua pembeli dilayani, Afizah dan Arzan rehat sejenak. Mereka lalu bercerita mengenai masalah kecil saat berjualan, yakni borosnya penggunaan minyak tanah. 

Keduanya berharap menemukan kompor gas dengan rancangan khusus empat mata akan sangat membantu dia dan Arzan bisa lebih cepat melayani para pembeli.

"Minyak tanah sudah sangat langkah. Apalagi sudah tambah mahal, " tutur Afizah lagi sambil merapikan beberapa peralatan jualan mereka yang berserakan. 

Ia juga  bercerita sudah mencari ke beberapa tempat di kota Palu.  Tapi belum juga menemukan jenis kompor gas yang diinginkannya.

Simak juga video menarik berikut

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Paskalis Yuri Alfred

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co