Kisruh Papua, Bukti Pesan Keberagaman Belum Tersampaikan?

20 Agustus 2019 12:30

GenPI.co — Kisruh yang terjadi di Papua atas buntut dari serangan mahasiswa Papua di Malang dan Surabaya, apakah menjadi tanda bahwa makna keberagaman belum sepenuhnya tersampaikan kepada masyarakat?

Beberapa tahun belakangan, di masa pemerintahan Presiden Jokowi, dalam setiap gelaran akbar, ia kerap menggunakan busana adat daerah manapun asal Indonesia. Ia juga menginstruksikan jajarannya mulai dari kabinet, pejabat negara, hingga suami dan istri dari pejabat negara untuk menggunakan pakaian adat nasional. Apa tujuannya ya? Bukankah itu untuk menunjukkan keberagamannya Indonesia dan Bineka Tunggal Ika adalah harga mati?

Nampaknya itu saja belum cukup. Nyatanya, kisruh akibat kesalahpahaman yang berdasarkan kepada perbedaaan atau rasisme masih menjadi masalah serius. Hal inilah, yang membuat tokoh pemuda Papua, Billy Mambrasar, angkat bicara.

Menurutnya, kasus penyerangan mahasiswa Papua sehingga berbuntut pada kisruh di Papua secara masif adalah bentuk kurangnya keseriusan akan menanamkan pendidikan keberagaman di Indonesia.

Billi mengatakan, pendidikan keberagaman perlu diajarkan di sekolah untuk mengurangi terjadinya praktik rasialisme di masyarakat. "Saat ini, kita tidak pernah diajarkan mengenai keberagaman. Tidak ada integrasi kurikulum tentang keberagaman," ujar Billy di Jakarta, Selasa.

Padahal, katanya, praktik-praktik rasialis kerap terjadi di masyarakat. Misalnya perkataan yang menyepelekan perempuan, menghina warna kulit hingga perkataan mengasosiasikan seseorang dengan hewan.

"Selama ini, kita menganggap perkataan seperti itu perkataan yang biasa saja, padahal sebenarnya itu rasialis parah dan harus dikurangi," tambah dia.

Baca juga:

Jaga Kedamaian Papua, Netizen Gaungkan #kitasemuabersaudara

Percakapan Menyentuh Gubernur Soal Mahasiswa Papua di Yogyakarta

Sehingga, pendidikan keberagaman dapat diajarkan di sekolah dan masyarakat bahkan hingga menjadi kurikulum tersendiri. Dengan begitu diharapakan masyarakat bisa menerima perbedaan yang ada sedini mungkin.

"Tentunya kami berharap, para kepala daerah turut menjaga anak-anak Papua yang menuntut ilmu di daerah itu. Sama seperti kepala daerah kami, yang menjaga para pekerja yang mencari nafkah di Papua," harap dia seperti yang dikutip media Antara. Itulah pentingnya pendidikan. Karena dasar yang harus diatur oleh pemerintah dan direalisasikan di tengah masyarakat.

Kembali pada kasus mahasiswa Papua, bila sudah terjadi stereotip seperti ini, apa yang sebaiknya dilakukan antar kedua belah pihak? Senin kemarin (19/8), Presiden Joko Widodo mengatakan, ia memahami bahwa masyarakat Papua dan Papua Barat jelas tersinggung atas kekerasan terhadap mahasiswa asal Papua di Jawa Timur beberapa waktu lalu.

Akan tetapi, Jokowi meyakinkan kepada masyarakat Papua dan Papua Barat bahwa pemerintah akan terus menjaga kehormatan mereka. "Yakinlah bahwa pemerintah akan terus menjaga kehormatan dan kesejahteraan pace (bapak), mace (Ibu), mama-mama di Papua dan Papua Barat," kata Jokowi di Istana Kepresidenan, Senin (19/8/2019).

Bilal mengutip media Tirto.id pada tulisan yang dibuat oleh Ligia Judith Giay Mahasiswa pascasarjana di Asia Research Centre, Murdoch University, Australia yang memiliki darah campuran Papua, mengatakan, "yang punya masalah rasisme bukanlah orang Papua, tapi Indonesia."
 

 

Simak video berikut ini:

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Maulin Nastria

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co