GenPI.co – Orang-orang memiliki kapabilitas setiap saat dalam kehidupannya untuk berjuang demi apa yang mereka impikan. Hal itu dikatakan novelis ternama Paulo Coelho karyanya berjudul Alkhemis. Ungkapan itu juga layak disematkan pada para atlet muda yang dinaungi klub Nuca lale Taekwondo. Mereka bersakit-sakit dahulu untuk meraih prestasi yang membanggakan.
Nuca Lale Taekwondo Club berasal dari Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Impian mereka untuk menorehkan prestasi di kancah nasional begitu menggebu. Hal itu membuat mereka nekat memberangkatkan 13 atlet taekwondonya ke turnamen Menpora Cup Taekwondo 2019 yang digelar pada tanggal 20-22 September 2019 di GOR POPKI Cibubur.
Baca juga:
Manggarai Raih 11 Medali di Turnamen Taekwondo Menpora
Ribuan Taekwondoin Bersaing di Ajang Menpora Cup Championship
Ke-13 atlet itu adalah Arnoldus Jorgi Jehatu, Agnes Wihelmina Alfira Pegili, Emanuel H. L Andu, Faustine Novrianti Aman, Harvey Ristovano Agung, Hollyria Irene Karnom dan Erich Bernadini Dimpung
Lalu ada Leontius Eugenius Jeramat , Laurensius Geraldo Jehatu, Paskalia H Jeminu, Yosefina Marentiana, Yohanes F Batista dan Wiliam P Jundur.
Para atlet yang masih berstatus pelajar sekolah menengah tersebut didampingi oleh tiga orang pelatih taekwondo. Mereka adalah Basilius Sardi Jeramat, Blasius Aman, dan Fransiskus Ansel Sales.
Usaha mereka untuk tiba di Jakarta patut diacungi jempol. Alih-alih naik pesawat, mereka dibantu oleh salah seorang warga di kota mereka tinggal. Dari labuan Bajo, mereka diizinkan menumpang kendaraan ekspedisi milik warga itu tanpa perlu membayar. Tawaran itu langsung mereka iya-kan demi menekan pengeluaran.
Basilius Sardi Jeramat yang mendampingi kelompok itu bercerita, kendaraan yang mereka berada di perut kapal barang selama 3 hari 2 malam di lautan hingga tiba di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya.
Turnamen Menpora Cup Taekwondo 2019 yang digelar pada tanggal 20-22 September 2019 di GOR POPKI Cibubur. (Foto: Sapta.GenPI.co)
Berangkat dari labuan Bajo pada hari Minggu (15/9), mereka yang secara teknis naik kapal barang itu tiba di Surabaya pada Selasa (17/9). Dari Pelabuhan Tanjung Perak, mereka menyewa angkutan kota menuju Stasiun Pasar Turi Surabaya untuk meneruskan perjalanan dengan kereta pai kelas ekonomi menuju Ibukota negara.
Namun di sini, ada masalah terjadi. Pasalnya, tiket kereta api dengan tujuan Jakarta untuk hari itu telah habis terjual. Menunggu hingga besok adalah hal yang tidak mungkin, karena mera harus cepat-cepat tiba di Jakarta untuk mengurus segala keperluan jelang pertandingan.
“Sampai di Pelabuhan Tanjung Perak kami langsung menuju ke stasius pasar menyewa 2 angkot dengan harapan kita bisa berangkat ke surabaya menggunakan kereta ekonomi. Tetapi kita terlambat karena tiket ekonomi tujuan Surabaya-Jakarta sudah penuh. yang ada hanya tiket bisnis dan eksekutif saja,” ungkap Sardi ditemui GenPI.co, Minggu (22/9) di GOR POPKI Cibubur.
Memilih kereta ekonomi mereka lakukan lantaran dana yang mereka miliki sangat terbatas. Namun kala kenyataan tak sesauai rencana, mereka pun harus mengambil langkah berani.
“Kami panik karena rencana biaya yang kami perkirakan tidak sesuai. Saya dan teman pelatih memutuskan kita tetap pergi ke jakarta di hari itu menggunakan kereta bisnis dengan cara kita mengambl biaya dari biaya transport pulang,” kata Sardi.
Mereka berangkat dari Pasar Turi pukul 15:30 WIB dan tiba di Stasiun Pasar Senen, Rabu (18/9) pukul 03:00 WIB. Di situ mereka dijemput oleh perwakilan keluarga besar Manggarai NTT.
Di Jakarta, mereka tak kesulitan dalam hal mencari tempat untuk menginap. Pasalnya, sebuah keluarga Manggarai yang menetap di Jakarta dengan senang hati menerima mereka selama mengikuti turnamen.
“Di Jakarta, kami menginap di keluarga Bapak Gabriel Mahal. Kami sebelumnya mengenal beliau melalui Facebook dan saya meminta bantuan agar kami bisa menginap di rumahnya selama kami berada di Jakarta,” tutur Sardi.
Untungnya, rumah keluarga Gabriel Mahal tempat mereka menginap itu letaknya tak begitu jauh dari venue turnamen. Dengan begitu mereka tak perlu menghabiskan banyak waktu di jalan. Tim itu juga mengaku diterima dengan baik oleh tuan rumah.
Para pendekar dari timur saat berfoto dengan keluarga Gabriel Mahal. (Foto:Facebook/Heribertus Filipus)
Perjuangan para pendekar muda dari timur Indonesia ini tak sia-sia. Mereka tampil maksimal dengan meraih 11 medali dalam turnamen itu. ke-11 medali itu disabet antara lain 7 emas, 1 perak 3 perunggu. Medali-medali tersebut mereka raih di nomor kyourug atau tarung (7 putra dan 4 putri) dan satu atlet putri untuk bertanding di nomor jurus atau poomse.
Gabriel Mahal, salah seorang tokoh masyarakat Manggarai merasa bangga dengan capaian para atlet muda bertalenta ini. Terlebih karena mereka tak memedulikan semua rintangan yang harus dihadapi untuk unjuk kebolehan di tingkat nasional.
“Kisah anak-anak Tim Taekwondo ini adalah kisah anak-anak Manggarai, kisah anak-anak NTT, yang jika diberi kesempatan, jika diberi dukungan, bisa meraih sukses yang tak kalah hebatnya dengan anak-anak di kota besar,” katanya.
Sebagai penghargaan atas keberhasilan mereka, Gabriel pun mengontak beberapa tokoh Manggarai Jakarta untuk membantu biaya kepulangan mereka kembali ke Manggarai. Tak butuh lama, belasan tiket pesawat pun terkumpul.
“Tidak sia-sia mereka datang ke Jakarta. Mereka datang, mereka bertarung, mereka menang!” Tandasnya.
Lihat video seru ini:
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News