GenPI.co - Pakar kesehatan anak Dr Piprim Basarah Yanuarso mengungkapkan pola asuh orang tua ikut menentukan kuat tidaknya anak puasa selama Ramadan.
Piprim mengatakan ketika anak mendapat pola asuh yang bagus, misal diajari keuntungan ikut berpuasa maka dia akan sanggup menjalankannya.
“Kalau terlalu dimanja, ya nggak kuat-kuat. Selalu diberi makan, tidak akan berhenti makan,” katanya dikutip dari Antara, Jumat (7/4).
Menurut dia, anak usia enam sampai tujuh tahun terutama perempuan umumnya telah mempunyai kematangan emosi yang lebih cepat sehingga bisa puasa sampai maghrib.
Sedangkan jika dilihat dari segi fisik, sebenarnya bayi yang baru lahir pun sudah kuat berpuasa.
Sebab bayi pada hari-hari pertama lahir, makanannya adalah yang keluar dari payudara ibu, yakni sekitar 20 sampai 30 cc per hari atau setara 25 kalori.
Padahal bayi yang memiliki berat tiga kilogram membutuhkan sebanyak 300 kalori.
“Sisanya 270 itu sudah ada lemak cokelat atau brown fat yang menjadi cadangan energi,” tutur Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) itu.
Namun orang tua tetap tidak bisa memaksa anak untuk berpuasa karena belum akil baligh. Para orang tua bisa mengajak si kecil puasa dengan durasi sesuai kemampuannya.
“Tapi jangan terlalu sebentar. Misal hanya sampai jam 08.00. Anak TK biasanya sudah kuat sampai Dzuhur,” ucapnya. (ant)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News