Ibu yang Mengalami Stres Selama Kehamilan, Anak Bisa Menderita ADHD

21 November 2023 10:15

GenPI.co - Ibu yang mengalami stres selama kehamilan, anaknya lebih mungkin menderita attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) atau gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif.

Diperkirakan tiga hingga empat persen anak-anak di Inggris menderita gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif yang dapat menyebabkan impulsif, kesulitan fokus, dan kegelisahan.

Dilansir Daily Mail, sebuah tinjauan ilmiah terhadap 55 penelitian menemukan bahwa anak-anak yang ibunya mengalami depresi, cemas atau stres saat mereka hamil lebih mungkin menderita ADHD.

BACA JUGA:  Apa Saja Obat yang Sebaiknya Dihindari Ibu Hamil?

Anak-anak ini juga lebih cenderung bertindak agresif, seperti memukul dan berkelahi, dan menunjukkan tanda-tanda oppositional defiant disorder (ODD), yang melibatkan perilaku negatif dan mengganggu, terutama terhadap figur otoritas seperti orang tua dan guru.

Mereka lebih cenderung menunjukkan bukti gangguan perilaku yang seringkali melibatkan perilaku antisosial, seperti mencuri, berkelahi, dan vandalisme.

BACA JUGA:  Pilihan Buah untuk Wanita Hamil Agar Tidak Mudah Lelah dan Mencegah Kram

Tinjauan tersebut mencakup penelitian dengan lebih dari 45.000 peserta, yang berfokus terutama pada depresi dan kecemasan, namun juga menampilkan dua penelitian di mana wanita ditanyai seberapa parah dan sering mereka merasa stres selama kehamilan.

Perilaku lahiriah anak-anak mereka, seperti permusuhan dan agresi, bukan perilaku yang terinternalisasi, seperti kecemasan, dan apakah mereka menderita kondisi ADHD, ODD, dan CD, kemudian diperiksa antara usia dua dan 18 tahun.

BACA JUGA:  Usia 40 Tahun Pengin Hamil Lagi, Audy Item: Masih Bisa Nggak Ya?

Studi tersebut menemukan bahwa anak laki-laki dan perempuan lebih mungkin menunjukkan tanda-tanda dari ketiga kondisi tersebut dan berperilaku buruk jika ibu mereka lebih tertekan, cemas, dan stres selama kehamilan.

Para ibu mungkin memproduksi bahan kimia yang terkait dengan stres yang dapat mengubah perkembangan otak bayi mereka di dalam rahim, menurut beberapa ahli.

Perubahan otak di dalam rahim telah dikaitkan dengan perbedaan cara anak kecil bereaksi terhadap stres dan mengatur perilaku mereka, sehingga menyebabkan masalah perilaku.

Dr Irene Tung, yang memimpin penelitian dari California State University, mengatakan penelitian menunjukkan bahwa tekanan psikologis selama masa kehamilan memiliki efek kecil namun terus-menerus terhadap risiko anak-anak untuk berperilaku agresif, tanpa hambatan, dan impulsif.

"Temuan ini menambah bukti bahwa menyediakan layanan dan dukungan kesehatan mental yang dapat diakses secara luas selama kehamilan mungkin merupakan langkah penting untuk membantu mencegah masalah perilaku pada masa kanak-kanak," jelasnya.

Kajian yang diterbitkan dalam jurnal Psychological Bulletin ini menemukan hubungan yang lebih kuat antara tekanan selama kehamilan dan perilaku buruk pada anak usia dini, yakni usia dua hingga lima tahun.

Kaitannya kurang kuat pada anak-anak yang lebih tua, berusia enam hingga 12 tahun, dan remaja berusia 13 hingga 18 tahun.

Perilaku dan kondisi tersebut pada prinsipnya tidak hanya dilaporkan oleh orang tua, tetapi juga oleh guru.

Hal ini dikaitkan dengan stres kehamilan, kecemasan, dan depresi bahkan setelah para peneliti memperhitungkan tingkat stres wanita setelah anak mereka lahir. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Irwina Istiqomah

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co