Tangkal Hoaks Corona, Cek 5 Fakta Sebelum Menelan Informasi

03 April 2020 10:50

GenPI.co - Tak dipungkiri seiring maraknya pemberitaan tentang wabah covid-19, turut memunculkan sejumlah bias informasi juga hoaks di sejumlah lini massa. Oleh karena itu, masyarakat dituntut untuk  semakin kritis dan membekali diri dengan kemampuan menyaring berita yang benar. 

Tak perlu khawatir, untuk membantu Anda dalam memilah mana informasi yang fakta atau hanya sekedar hoax, berikut ini terdapat  5 hal yang harus Anda lakukan ketika membaca suatu artikel. Yuk simak!

BACA JUGAAlodokter Pilih TikTok untuk Sajikan Informasi Terkait Covid-19

Apakah artikelnya memberikan sudut pandang berimbang? 

Kita semua tahu bahwa ada dua sisi dari setiap cerita. Ini sangat penting jika ingin melaporkan suatu peristiwa secara faktual dan berimbang.

Oleh karena itu, jika artikel yang Anda baca hanya melaporkan satu sisi saja, tanyakan dan cari tahu apakah ada hal lain dari topik ini yang tidak Anda ketahui, dan temukan sumber lain yang memberitakannya secara berimbang.

Apakah media/jurnalisnya menggunakan sudut pandang tertentu? 

Media punya berbagai cara untuk melaporkan suatu berita, bergantung pada target audiensnya. Jadi, coba cek lagi apakah berita yang Anda baca hanya ditujukan untuk audiens tertentu, sehingga Anda bisa tahu apakah jurnalis yang menulis artikel tersebut hanya mengambil sudut pandang tertentu pula.

Adakah bukti yang mendukung klaim yang disebutkan dalam artikel? 

Peristiwa yang diberitakan langsung dan dikutip dalam artikel selalu lebih dapat diandalkan daripada rumor belaka. Sebuah artikel yang mencantumkan link ke berbagai sumber, foto, dan video, menunjukkan bahwa ada bukti yang mendukung klaim tersebut. Jika bukti-buktinya kurang, ada baiknya Anda bertanya-tanya dan melakukan riset sendiri. 

Apakah yang disampaikan itu pendapat ahli atau sekadar opini? 

Dalam artikelnya, jurnalis akan meliput sebuah situasi dengan menghadirkan berbagai narasumber untuk mengilustrasikan atau mendukung kisah yang disampaikan. Namun, narasumber ini punya tingkat kompetensi yang bervariasi terhadap suatu topik tertentu. 

Misalnya, seorang dokter akan menghadirkan perspektif yang lebih profesional terhadap suatu penyakit, yang didasari oleh bukti-bukti ilmiah, dan pengalaman merawat banyak pasien yang menderita penyakit tersebut. 

Sementara itu, pasien dari penyakit yang sama akan memberikan perspektif yang lebih emosional dan berbasis opini. Kedua pendekatan ini tidak dapat dianggap setara dalam hal ilmu, dan tidak dapat dipertukarkan.

BACA JUGATerkait Penolakan Jenazah COVID-19, ini Kata Ganjar Pranowo

Kenapa artikelnya diterbitkan sekarang? 

Berita biasanya jarang muncul tiba-tiba, jadi kemungkinan ada cerita yang lebih besar di balik munculnya suatu berita. Misalnya, jika ada seorang politisi yang bersedia diwawancarai sebelum pemilu, kemungkinan besar itu untuk mengumpulkan dukungan saat kampanye. Memahami konteks yang lebih luas dapat membantu menempatkan berita ke dalam sebuah perspektif.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Irwina Istiqomah Reporter: Hafid Arsyid

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co