Suatu Hari Nanti Akan Kubuktikan Bahwa Penolakanmu Salah

07 Mei 2020 19:34

GenPI.co - Siapa pun tidak pernah bisa memilih dari keluarga mana mereka akan dilahirkan dan dibesarkan.

Begitu juga dengan aku yang harus menerima kenyataan bahwa keluargaku broken home.

BACA JUGA: Ilmuwan Indonesia Catat Sejarah Penting soal Virus Corona

Mau bagaimana juga nyatanya aku tidak bisa memungkiri hal tersebut. Keluarga yang aku miliki sangat harmonis.

Namun, itu dulu sebelum ayahku memutuskan untuk menikah lagi. Saat itu aku masih duduk di kelas enam sekolah dasar.

Banyak yang berubah? Yang aku rasakan tidak. Hanya saja rumah selalu terasa sepi karena hanya ada aku, kakak perempuanku, dan ibu.

Ibu pernah berkata padaku. Karena aku hanya anak cowok satu-satunya di rumah, Ibu berharap aku memiliki rasa tanggung jawab yang baik walau hanya seorang anak bungsu.

Walau tidak memiliki keluarga yang utuh dan kerap dibandingkan dengan kakakku yang memang jauh lebih unggul dalam segala hal, aku tetap berusaha menjalani hidup dengan baik.

Hanya pesan ibu yang benar- benar aku ingat. Katanya, aku adalah anak yang sangat berharga karena mahal dilahirkan secara sesar.

"Dari dulu ayah selalu menginginkan anak laki- laki, Ric," ucap ibu sambil mengelus rambutku.

"Kenapa emangnya, Bu?" tanyaku

“Biar bisa diajak pergi mincing. Soalnya ibu sebel banget kalau ayah udah mancing lama banget sampai lupa ibu," jelasnya sambil mengerutkan dahi

“Kalau itu juga ayah kan bisa pergi sama Om Tony. Lagian ada kakak juga,"

"Beda rasanya kalau pergi sama anak sendiri. Jangan selalu merasa dibandingkan sama kakakmu. Kamu harus tahu, kamu itu mahal, Ric,” kata Ibu.

Dia lantas terdiam sejenak. Ibu mengambil napas dalam-dalam. Sepertinya ada kata yang ingin disusunnya.

“Waktu ibu lagi ngandung kamu, ayah bahkan jauh lebih perhatian dibanding anak pertama. Sampai saat melahirkan dokter kasih tahu kamu lahir harus melalui operasi sesar," cerita ibu

"Itu mahal ya, Bu?" tanyaku dengan wajah bingung

"Mahal banget. Zaman dulu bisa empat kali lipat harganya dibanding normal. Ayah kamu sampai cari pinjaman ke mana- mana, berjuang untuk jagoannya bisa lahir ke dunia," jawab ibu sambil terus mengelus kepalaku.

"Kalau ayah sayang, kenapa ayah pergi, Bu?" tanyaku sambil melihat wajah ibu

"Ayah nggak pernah pergi. Selamanya ia akan tetap menjadi ayah kamu. Yang pasti kamu harus kuat,"

Hari itu aku tidak pernah mengerti apa pun. Namun, aku merasa ada hati yang sedang tersayat bila kembali menceritakan hal tersebut.

Aku sangat bersyukur memiliki ibu yang kuat membesarkan aku dan kakak seorang diri.

Hingga suatu hari, saat aku sudah masuk dunia perkuliahan, aku mulai bisa merasakan jatuh hati pada seorang wanita yang aku sukai di kampus.

Wajahnya yang imut dan memiliki suara merdu serasa menghipnotis aku untuk ingin lebih dekat dengannya. Sampai aku mencoba untuk berusaha mendekatinya.

"Siska, kita kan udah setahun deket nih, aku mau ngomong serius. Mau nggak kamu jadi…," tanyaku terputus.

"Eric, aku tahu kamu baik dan banyak hal bikin kita cocok. Tapi aku nggak bisa jadi pacar kamu." jawab Siska, bahkan sebelum aku selesai bertanya.

"Hmm, boleh aku tau alasannya?," tanyaku

"Sorry, ya. Kamu anak broken home, Ric. Apa kata orang tua aku nanti kamu aku pacaran sama kamu?" jelas Siska

"Ha? Kok kamu ngomong gitu, Sih?" tanyaku penuh kecewa mendengar ucapannya.

"Maaf kalau perkataan aku mungkin nyakitin. Tapi, lebih baik kita berteman aja, Ric. Aku cuma takut kamu punya bibit yang sama kayak ayah kamu. Jadi, aku nggak mau punya keluarga yang hancur di masa depan," jawab Siska

"Kenapa kamu berpikir gitu?" tanyaku lagi penuh penasaran

"Buah jatuh nggak pernah jauh dari pohonnya, Ric. Mamaku juga bilang perselingkuhan itu adalah sifat turunan," balas Siska

"Sis.." panggilku

"Ric udah ya. Kayaknya kita nggak perlu ketemu dulu beberapa waktu untuk saling nenangin diri. Thank you ya, Eric," ucap Siska sambil masuk ke rumahnya setelah aku antar pulang.

Hari itu hatiku rasanya sangat sakit. Kali ini aku baru mengerti rasanya menjadi seorang yang tertolak karena latar belakang keluarga yang hancur.

Walau begitu, aku berjanji pada diriku sendiri. Aku ingin menciptakan keluarga yang jauh lebih baik dari pada keluargaku saat ini.

Aku ingin bisa membuktikan pada dunia bahwa anak broken home tidak selamanya dipandang buruk.

BACA JUGA: Jokowi Keluarkan Peringatan Serius, Semua Harap Siap

"Karena ini tidak pernah menjadi pilihanku,” gumamku dalam hati. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Ragil Ugeng Reporter: Asahi Asry Larasati

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co