GenPI.co - Jangan pernah berharap tinggi setelah menikah. Menikah itu tak selalu bahagia. Itu bukan hal mudah. Pernikahanmu pasti hancur bila tak saling mengisi dan menghargai Apa saja hal yang pelan-pelan bisa menghancurkan pernikahan? Simak satu per satu yuk.
1. Tidak jadi tim sebagai orangtua
BACA JUGA: Covid-19 Seperti Flu Spanyol, Siapkan Skenario Terburuk 2 Tahun
Istri terus menerus ikut berbagai seminar parenting sementara suami malas-malasan. Istri disiplin pada anak, sementara suami cenderung menuruti semua yang anak inginkan.
Lama-lama akan jadi bom waktu perbedaan prinsip yang bisa jadi sumber masalah dalam perceraian lho. Jadi, pastikan satu suara dengan suami dengan cara belajar terus bersama-sama ya!
2. Tidak jadi tim dalam rumah tangga
Pembagian tugas dalam rumah tangga harus jelas. Kalau memang sepakat suami bekerja sementara istri mengerjakan seluruh pekerjaan rumah dengan sukarela ya boleh saja. Tapi banyak pula suami istri sama-sama bekerja namun suami tidak mau membantu pekerjaan rumah tangga sama sekali!
3. Tidak memprioritaskan keluarga
Sudah sibuk bekerja, eh weekend yang hanya dua hari malah dihabiskan main bersama club mobil kesayangannya. Tidak cuma sekali-kali pula, sering sekali dilakukan. Akhirnya waktu berkualitas bersama keluarga jadi sedikit sekali.
4. Toxic friends
Salah satu di antara pasangan punya teman yang membawa pengaruh buruk atau terus menerus melakukan hal negatif. Kadang, mereka-mereka ini lho yang jadi membuat hidup sulit sekali positif.
Jadi kalau memang merasa sudah harus memilih teman atau suami, pikir ulang: Siapa yang toxic di antara keduanya? Karena kalau keduanya tidak toxic, kita tak akan pernah perlu memilih.
5. Menghindari konflik
Banyak sekali orang yang saya kenal memendam perasaan hanya karena tak ingin bertengkar. Padahal bertengkar itu sehat lho asal tidak kebablasan. Selama fokus pada argumen masing-masing, bertengkar sesekali itu tidak apa-apa!
6. Tidak sepakat soal urusan ranjang
Urusan ranjang memang masalah rumit. Suami bisa tidak klop dengan istri. Kalau tidak dibicarakan dan dibuat kesepakatan tertentu, ini bisa jadi masalah besar di kemudian hari.
7. Tidak menghargai pasangan
Hanya karena menikah, kita jadi tidak merasa harus berterima kasih kalau ia mau menemani anak seharian saat kita me time nonton konser. Tak pernah memuji, tak pernah menghargai usahanya.
8. Punya harapan yang terlalu tinggi
Meski sudah menikah, ada khayalan-khayalan yang masih sering mampir seperti “ah coba saja dia bekerja di A” atau “duh kayanya aku lebih bahagia kalau dia bisa memberi bunga seminggu sekali” dan sebagainya. Harapan-harapan itu kalau hanya dikhayalkan dan tidak didiskusikan, akan jadi kekecewaan dan kemarahan. Tidak sehat ya!
9. Tidak mau menerima kritik
Namanya hidup berdua seumur hidup, pasti ada hal-hal yang kurang sreg dari pasangan. Kalau tidak mau dikritik dan berubah padahal jelas kebiasaan buruk sih kemungkinannya hanya tiga. Berubah demi jadi lebih baik, pasangan memilih pergi atau adaptasi. Jangan lupa juga meminta maaf kalau memang salah ya!
BACA JUGA: Amerika Putus Asa, Warganya Minum Disinfektan untuk Lawan Corona
10. Terlalu fokus pada anak-anak
Setelah punya anak, segalanya memang jadi seperti soal anak. Pembicaraan dengan pasangan pun melulu soal anak dan masa depannya. Padahal tetap jadi suami dan istri juga penting lho! Bicarakan hal pribadi, tentang pekerjaan, tentang perasaan, tentang situasi negara, tentang apapun yang bukan soal anak.
11. Terlalu mudah cemburu
Sepakati dengan pasangan, hal-hal yang membuat cemburu atau dianggap selingkuh. Tapi harus yang masuk akal ya, kadang ada yang alasannya tidak masuk akal seperti harus bekerja di perusahaan yang laki-laki/perempuan semua. Itu kan jadi bentuk ketidakpercayaan pada pasangan, kalau setidakpercaya itu, untuk apa menikah? (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News