Bastian, Kenapa Kamu Sangat Tega sama Aku?

25 Juni 2020 17:37

GenPI.co - Pertemuanku dengan Bastian memang sangat unik. Kami bertemu saat melakukan traveling di Bangka.

Saat itu aku sedang duduk di tepi pantai sambil menikmati matahari terbenam.

BACA JUGA: Kisah Cintaku Terbendung Oleh PSBB

Bastian terlihat asyik mengabadikan momen yang indah itu. Aku Cuma memandangnya dari kejauhan.

Kemudian, kami tidak sengaja bertemu di warung dekat pantai. Obrolan singkat seputar dunia fotografi dan traveling pun berlanjut.

Kami ternyata punya tujuan yang sama di Bangka, yakni ingin mengunjungi salah kota dan destinasi yang sama.

Akhirnya kami pun memutuskan untuk mengunjungi tempat tersebut bersama pada keesokan harinya.

Perjalanan kami sangat menyenangkan karena satu frekuensi dan memiliki ketertarikan yang sama.

Sepulang dari Bangka, kami masih menjalin komunikasi dan makin akrab. Kedekatan kami pun berubah menjadi persahabatan.

Entah kenapa kedekatan kami justru melebihi seorang teman yang kenal lama.

Tak jarang juga kami bertukar cerita pribadi. Lambat laun, dia pun masuk ke dalam circle pertemananku, berkumpul dan nongkrong bareng.

Begitu pun sebaliknya. Tidak heran banyak yang mengira kami adalah pasangan.

Bahkan teman-temanku dan teman-teman Bastian sering menjodohkan kami. Namun, kami hanya terkekeh menanggapinya. 

Pada suatu malam, Bastian tiba-tiba mengajakku untuk bertemu. Seperti biasanya, aku tidak pernah menolak ajakannya.

Entah kenapa perasaanku menjadi campur aduk ketika dia menjemputku di rumah.

Padahal, dia juga sering datang ke rumah, bahkan sering menginap.

“Mel, jangan bosan, ya, jalan sama aku,” ujar Bastian sambil menatap jalanan yang padat merayap.

Spontan aku pun menengok ke arahnya sambil menggelengkan kepala. Malam itu rasanya aku sulit untuk berkata-kata di depannya.

Tidak seperti biasanya yang selalu ekspresif, bahkan melakukan hal konyol kepadanya.

“Kita makan mi Aceh aja, ya,” katanya.

Lagi-lagi aku membalas dengan gerakan tubuh. Kali ini aku mengangguk.

Mobil sedan putih yang dikendarai Bastian pun melaju ke tempat mi Aceh di kawasan Tebet. Kedai langganan kami yang rasanya mirip di tempat asal.

“Kalau makan di sini, jadi ingat kita traveling di Aceh, ya,” ujarnya sambil menyantap sesuap mi Aceh yang masih panas.

“Iya. Kapan kita ke Aceh lagi? Aku belum pernah ke Sabang, nih,” jawabku.

“Nanti, lah, kita ke sana lagi. Kamu ambil cuti dulu biar nggak rempong dengan kerjaan. Sekalian aku mau kenalkan kamu seseorang,” katanya.

Mendengar kalimat terakhirnya aku pun tersedak. Untung saja pesanan kami tidak pedas.

Bastian memang selalu memesankan makanan buatku yang tidak pedas. Alasannya simpel, karena dia juga tidak suka pedas.

“Seseorang? Siapa Tian? Pacar kamu?” tanyaku.

“Pokoknya spesial,” jawabnya singkat.

Dua bulan setelah kami makan mi Aceh. Bastian benar-benar mengajakku ke Aceh lagi.

Namun, kali ini semua administrasi perjalanan dia yang mengurus. Tidak biasanya dia melakukan ini.

Biasanya aku yang ribet untuk mencari tiket bahkan sampai penginapan di tempat tujuan.

Entah kenapa dia sangat antusias sehingga mau mengurus semuanya.

Sesampainya di Aceh, aku mendapat kejutan dari Bastian. Dia mengenalkan seorang wanita yang katanya akan menjadi calon istrinya.

Bagai disambar geledek di siang hari, aku hanya bisa diam menahan rasa cemburu dan sakit hati.

“Mel, kamu kenapa? Kok aku lihat bete,” tanya Bastian

“Aku patah hati,” jawabku singkat dan tidak berani menatap mata Bastian.

“Kamu menyimpan perasaan sama aku, Mel?”

Aku hanya mengangguk. Tidak terasa bulir air mata menetes di pipiku. Sontak Bastian pun meraih dan memelukku.

BACA JUGAOh Ternyata, Selama Ini Aku Pacaran dengan Kakak Kandungku

“Maaf, Mel. Aku nggak peka dengan perasaan kamu,” kata Bastian. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Ragil Ugeng Reporter: Mia Kamila
cinta   kisah cinta   dear diary   aceh   bangka  

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co