Aku Harus Meregang Nyawa Sebelum Sempat Menikmati Cinta

09 Juli 2020 10:20

GenPI.co - Rio yang dikenal sebagai kapten basket sekolah ini adalah salah satu dari sekian banyak orang yang selalu menebarkan senyuman untuk semua orang, seperti pelangi. 

Sinar mata Rio mampu memancarkan aura positif bagi orang-orang yang melihatnya. Seorang siswa berprestasi ini mampu memikat semua wanita yang ada di sekolah. 

Tapi sayang, sejak dulu Rio tidak pernah mengerti apa itu “mencintai dan dicintai”. 

BACA JUGA: Jalan Hidupku Tidak Mudah, Aku tak Boleh Menyerah

Sangat bertolak belakang dengan sahabatnya bernama Ara, hampir semua wanita pernah menjadi tambatan hatinya. Tidak jauh beda dengan Rio, paras wajah Ara juga mampu membuat wanita jatuh hati pada nya.

Hari-hari mereka penuh canda dan tawa, selalu ada lelucon dalam persahabatan mereka. Sampai akhirnya mereka bertemu dengan Shilla. Gadis cantik dan baik hati ini datang di kehidupan mereka. 

BACA JUGA: 4 Tahun Kupendam Rindu Sambil Menunggu, Ternyata Dion...

Seakan mengubah hidup Rio, semenjak mengenal Shilla diam-diam Rio menyimpan rasa pada Shilla. Hanya Ara yang tahu semua cerita Rio tentang Shilla.

“Kapan nih lo mulai deketin Shilla? Hati-hati, sob! Keburu digebet orang,” celetuk Ara saat bel istirahat berbunyi. 

Jawab Rio dengan santai, “Ah! Lo kayak baru kenal gue sehari aja. Minder gue bos deketin cewek cantik kayak Shilla. Lo tau sendiri bagaimana penyakit gue sekarang”. 

Perdebatan mulai panas saat mereka membicarakan wanita ini, satu-satu nya wanita yang bisa membuat jantung Rio seakan berhenti berdetak saat dua mata mereka saling bertatapan. 

“Kapan lagi? Ayolah tunjukin dan kejar cinta lo itu. Gue yakin lo bisa!”.

Waktu terus berputar, kalimat Ara selalu menjadi hantu dalam ingatan Rio. 

Sebenarnya bukan karena alasan itu yang membuat Rio merasa tidak pantas untuk Shilla. Faktor keluarga yang menjadi salah satu alasan kuat Rio, kurang lebih sudah dua tahun Ibu Rio menjadi single parent. 

Semenjak itu Rio berjanji hanya ingin membahagiakan wanita tercantiknya itu, yang menurutnya adalah ibunya.

Alasan lain yang membuat Rio takut adalah glioma, katagori besar kanker tumor premier yang berasal dari sel-sel glia. Jenis kanker yang dimulai dari otak atau tulang belakang. 

Rio adalah salah satu penderita kanker tulang belakang yang mungkin mempunyai presentase untuk dapat bertahan hidup hanyalah 50 persen. 

Walau awalnya merasa bahwa kanker tersebut adalah sebuah tamparan hebat yang membuat hidupnya sama sekali tidak memiliki arti lagi, Rio secara perlahan memulai mencoba untuk menghabiskan sisa hidupnya dengan ketegaran dan besenang-senang dengan sahabatnya, Ara. Juga wanita yang di cintainya Shilla.

Ara selalu memotivasi dan meyakinkan Rio bahwa ia layak untuk mendapatkan cinta Shilla. 
Singkat cerita cahaya kehidupan Rio mulai hadir kembali, Shilla yang selama ini didambakannya sudah menjadi kekasihnya. Berkat Ara yang selalu meyakinkannya. 

“Tuh.. gue bilang juga apa! Lo tuh selalu deh jangan suka putus asa sebelum mencoba. Terbukti kan sekarang Shilla bisa lo dapetin!”, ujar Ara sambil merangkul pundak sahabatnya itu. 

“Sekarang gue percaya. Kalau selama berusaha, gue pasti bisa dapetin apa yang gue mau. Makasih banget nih, sob! Gue coba buat nikmatin hidup gue ini.” tegas Rio dengan penuh semangat.

Seminggu kemudian Rio datang menemui dokter yang rutin ditemuinya setiap pekan untuk mengetahui bagaimana perkembangan glioma di tubuhnya. 

Seakan tersambar petir saat Rio mendengar diagnosa tentang penyakitnya yang diutarakan oleh dokter.

“Sel kanker di tulang belakang kamu makin menebar, harapan hidup penderita glioma mungkin hanya 46,33 bulan dengan rentang waktu 38-55 bulan,” ucap dokter. 

Semua hening, waktu terasa berhenti saat vonis itu dijatuhkan pada Rio. 

Tapi Rio tidak berhenti disitu saja. Ia lebih menikmati hidupnya mulai hari itu dengan Ara sahabat karibnya dan Shilla wanita yang dicintainya.

Kehadiran kanker dalam hidup Rio telah membuat hubungan antara dirinya dengan kekasihnya, Shilla dan Ibunya menjadi begitu terguncang. 

Di sisi lain penyakit kanker tersebut kemudian membawa Rio untuk mengenal beberapa karakter baru dalam kehidupannya. Semua itu mampu membuatnya lebih merasa bahagia, atas kehidupan yang telah dijalaninya selama ini.

“Promnight tinggal nunggu hari nih, kita jadi dateng bertiga Ara, kan?,” tanya Shilla pada Rio. 

“Jadi dong.. , kita bertiga nanti bareng-bareng ya ke sana,” ujar Rio dengan semangatnya.

Malam itu pun datang, semua anak terlihat bahagia saat promnight. Malam ini bisa disebut sebagai malam perpisahan karena seminggu lagi mereka akan mengadakan hari perpisahan dan kelulusan. 

Rio lulus dengan nilai yang memuaskan, peringkat pertama dapat diraihnya dalam ujian nasional tahun ini. Begitu pun dengan Ara.

Walaupun tidak sama dengan peringkat Rio, namun Ara mendapatkan universitas yang ia idamkan sejak dulu. 

Tidak ketinggalan denga Shilla, wanita yang di cintai Rio ini lulus dengan hasil memuaskan juga diterima di salah satu universitas kedokteran.

“Hai semuanya, gue mau ngomong sesuatu nih.” Tiba-tiba terdengar suara Rio yang berbicara di tengah kerumunan teman-temannya.

“Gue itu sebenernya mengidap glioma lo. Kanker tulang belakang dan udah akut banget.. hahahahaha,” ucapnya.

Semua hening, antara percaya atau tidak. Namun semua teman-teman Rio sekejap merasakan khawatir, termasuk Shilla yang tersentak menangis saat mendengar kalimat Rio tadi. 

“Gila lo,Yo! Ngomong apasih lo barusan? Mau buat perhatian baru di sekolah?,” tanya Ara dengan sinis. 

Dengan lantang nya Rio menjawab, “Gue cuma bercanda kali, dan seenggaknya biar mereka nanti gak tanda tanya waktu melihat gue sudah meninggal.”

“Heh ngomong apa sih lo?,” tegas Ara.

Hari yang di tunggu-tunggu datang. Kelulusan itu sudah didepan mata. Semua siswa antusias dengan hari ini, entah apa yang istimewa hari ini. Tapi tetap saja bagi Rio hari ini masih seperti hari biasanya, tanpa ada yang istimewa kecuali hadirnya Shilla yang ada di sampingnya. 

“Shilla…, kamu harus jadi dokter. Kelak suatu saat nanti mungkin cuma kamu satu-satunya dokter yang bisa sembuhin penyakit aku,” kata-kata Rio yang membuat Shilla bertanda tanya.

Malapetaka itu datang, saat semua siswa bahagia mendapatkan kelulusan. Namun tidak untuk Rio… 

“Yo…, bangun! Rio kenapaa?”. 

Suara teriakan itu datang dari belakang panggung. Ternyata Rio sudah terbaring di lantai, dengan darah yang menyelimuti hidung hingga setengah wajah Rio. 

Semua panik. Haru biru pun terasa di hari perpisahan ini. Semua darah penuh di setengah wajah Rio, bahkan mata itu. Mata yang mempunyai sorot seperti pelangi seakan redup, habis, dan mati tenggelam merahnya darah itu. 

Hari perpisahan yang mungkin tidak hanya untuk para siswa, tetapi juga untuk Rio.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Linda Teti Cordina Reporter: Hafid Arsyid
mata   cinta   dear diary   kekasih   pacar   kisah cinta  

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co