Ternyata Kamu Lebih Cinta Sama Ikan Cupangmu....

03 September 2020 15:20

GenPI.co - Sebesar-besarnya cinta seorang cowok sama pacarnya, ternyata bisa kalah sama ikan cupang peliharaannya. Apalagi, ikan cupang sedang jadi primadona di masa pandemi ini.

Pacarku, Aldin, memang hobi banget pelihara ikan cupang. Tak tangung-tanggung, dia punya lebih dari 100 ikan cupang di rumahnya, mulai dari yang harga sepuluh ribuan sampai jutaan.

Selama sekitar dua tahun pacaran sama dia, awalnya aku merasa kagum dengan ketekunan dia memelihara ikan cupang. Namun, lama-lama kok nyebelin juga ya!

Bagaimana tidak, dia jauh lebih perhatian sama ikan cupangnya, apalagi selama dua bulan terakhir. 

Saat itu, dia belajar untuk melakukan ternak ikan cupang dan berniat untuk berbisnis cupang. Sejak itu, seluruh perhatiannya tercurahkan untuk ikan-ikan cupang peliharaannya.

BACA JUGA: Benalu Menyaru Sebagai Cinta, Ia pun Pergi Berlalu

Padahal, saat awal pacaran Aldin termasuk tipe cowok yang posesif. Saat itu, dia sangat cemburu dengan mantan pacarku yang masih suka menanyakan kabarku.

Karena takut kalau aku balikan sama mantanku, dia terus mengikutiku kemanapun aku pergi. Jika aku pergi sendiri, dia juga selalu mengontakku.

Namun, sifap posesif itu ternyata hanya berjalan sementara. Setelah 6 bulan pacaran, dia berubah menjadi pacar yang cuek. 

Apalagi sekarang ini, setelah dia sibuk dengan ikan cupangnya. Kami seakan tidak pernah punya waktu, bahkan untuk berkomunikasi lewat telepon.

Setelah bekerja, Aldin pasti langsung pulang karena dia sudah tidak sabar untuk melihat perkembangan ternak cupangnya. Belum lagi, dia harus merawat ratusan cupang yang dipeliharanya.

BACA JUGA: Maaf Vega, Cintamu Tak Bisa Aku Balas

Begitu juga setiap akhir pekan, seluruh waktunya habis untuk merawat ikan cupang. Tak terasa, satu bulan sudah kita tidak pernah bertemu.

Sepertinya itu rekor terlama kami selama pacaran. Bayangkan, kamu dan pacarmu sama-sama tinggal di Jakarta Selatan, dan kalian tidak pernah bertemu selama 1 bulan karena tidak ada waktu.

Akhirnya, aku meminta Aldin untuk menemaniku jalan-jalan. Awalnya dia menolak untuk menemaniku pergi di hari Sabtu. Akhirnya, aku meminta untuk pergi di hari Minggu, dan dia sudah tidak bisa menolak lagi.

Hari itu, kami pun pergi ke salah satu mal yang ada di Jakarta Pusat. Saat itupun, pikiran dan hati Aldin tampaknya tidak berada di tempat yang sama.

Dia bolak-balik mengecek ponselnya, karena dia sedang chatting dengan adiknya yang disuruhnya untuk memantau ikan cupangnya.

“Udahlah, jangan liat hp mulu, makan aja yuk,” ajakku.

“Yaudah, ayo,” jawab Aldin singkat.

Selama makan, Aldin pun tak henti-hentinya melihat ponselnya. Bahkan dia sempat video call dengan adiknya.

Setelah dari mal, tentu saja aku tidak mau langsung pulang. Aku masih ingin jalan-jalan dulu dengan Aldin. 

Namun, Aldin menolak karena dia sudah ada janji dengan temannya. Tebak janjinya apa? Ya betul, lagi-lagi soal ikan cupang.

Ternyata, Aldin janjian dengan teman SMA-nya yang juga hobi memelihata ikan cupang. Saat itu, Aldin ingin membeli cupang Bluerim dari temannya dan ingin mengambilnya di rumah temannya itu.

Akhirnya, aku memutuskan untuk ikut dengan Aldin. Sebab, aku merasa bahwa hari ini adalah waktunya Aldin untuk bersamaku.

Kami pun sampai di rumah temannya Aldin yang ada di Bintaro Sektor 9. Cukup jauh memang, tapi Aldin tampak semangat ingin menjemput ikan cupang barunya.

Aldin dan temannya pun mengobrol cukup lama, sekitar satu setengah jam. Obrolannya pun tak jauh-jauh dari seputar ikan cupang. 

Setelah aku beberapa kali memberi sinyal dengan batuk-batuk, Aldin akhirnya mengerti dan pamit pulang dengan temannya. 

Kami pun bergegas pulang dan Aldin menyerahkan toples kaca berisi ikan cupang yang baru dibeli dari temannya. 

Aku pun membawa toples cupang tersebut dengan sangat hati-hati. Namun, siapa yang tahu kalau jalan di kawasan tersebut sangat licin, dan tiba-tiba aku tersandung dan terjatuh.

Alhasil, aku terjatuh bersama toples ikan cupang yang juga tidak berhasil aku selamatkan. Toples itu pecah dan tanganku berdarah karena terkena pecahan kaca.

Melihat kejadian tersebut, Aldin pun langsung sigap bergerak. Bukannya sigap untuk menolongku, tetapi untuk menolong ikan cupangnya. 

Dia langsung memasukkan ikan cupangnya ke dalam botol minumnya yang ada di dalam mobil. Dia pun terlihat lega saat melihat ikan cupangnya masih hidup.

Ya, ikan cupangnya memang selamat, tetapi hubungan kami tampaknya sudah tidak bisa diselamatkan. 

Dari saat aku terjatuh, tidak sedikitpun Aldin membantuku. Dia bahkan tidak sadar kalau tanganku berdarah dan bajuku basah.

Dia hanya duduk di mobil sambil memerhatikan keadaan ikan cupangnya. Aku pun berdiri dan membuka ponsel, sambil memesan taksi online. 

Rasanya, aku tidak sudi pulang bersama Aldin, yang ternyata jauh lebih peduli dengan ikan cupangnya. Melihatku yang sedang berdiri menunggu taksi online, Aldin pun meneriakiku dari dalam mobil.

“Ayo masuk, ngapain diem disitu?” kata Aldin. 

“Gausah, aku pulang sendiri aja!” jawabku.

Kami pun langsung bertengkar saat itu. Yang lebih menyebalkan lagi, Aldin justru menyalahkanku karena hampir mencelakakan ikan cupang yang baru dibelinya.

Karena di antara kami tidak ada yang mau mengalah, aku akhirnya pulang sendiri naik taksi online. 

Sejak saat itu, masing-masing dari kami tidak ada yang saling menghubungi satu sama lain. Sampai satu minggu kemudian, kami juga tidak saling kontak.

Hingga satu bulan kemudian, kami masih tidak saling kontak. Akhirnya aku putuskan untuk mengakhiri saja hubunganku dengan Aldin. Aku tidak mau punya pacar yang lebih cinta dengan ikan cupangnya. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Landy Primasiwi Reporter: Yasserina Rawie

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co