Berkat Rocky Gerung, Aku Bisa Menikah dengan Kekasihku

17 Desember 2020 20:30

GenPI.co - Kalau ada orang yang paling berjasa dalam kehidupan asmaraku, dia adalah Rocky Gerung.

Berkat dia, aku bisa menemui Hani, seorang perempuan yang kini menjadi istriku.

BACA JUGAWanita Paling Ingin Dengar 4 Ucapan Ini dari Pasangannya

Kemunculan Rocky Gerung di program acara debat televisi memang selalu menarik perhatian. Tak terkecuali bagiku dan Hani.

Pertemuanku dengan Hani pun berawal dari sana. Dari obrolan ringan tentang Rocky Gerung, di kantin tempat kita kuliah dulu.

Hani rupanya juga menyukai cara Rocky Gerung dalam menyampaikan pendapat.

Di kantin itu, dia layaknya Rocky mengomentari berbagai kebijakan pemerintah. Aku menimpali, seolah tak mau kalah dengannya.

Obrolan terus berlanjut hingga ke topik-topik sensitif lain, seperti agama atau kebijakan kampus.

Tentu, saat berdebat dua topik itu kita secara tidak sadar memelankan suara.

“Ssstttt, kok jadi makin pelan ngomongnya,” kata dia disusul tawa kita berdua.

Kita seperti dua orang yang menyukai hal yang sama dan kemudian dipertemukan takdir.

Keakraban pun terjalin dengan mudah. Aku jadi sering mengajak Hani bertemu, bertukar pikiran, atau sekadar nongkrong menghabiskan masa muda.

Kita mengobrol di kafe, angkringan, rumah makan, bahkan di mana saja kita mau. Kesamaan-kesamaan di antara kita telah membuat aku dan Hani menjadi cepat dekat dan akrab.

Pelan-pelan aku merasa ada sesuatu yang aneh di dalam diriku. Setiap kali mengobrol atau duduk berdekatan dengan dia, hatiku selalu berdebar.

Padahal, sebelumnya aku selalu merasa biasa-biasa saja. Dia adalah temanku, dan kita hanya mengobrol apa yang membuat kita senang. Namun, rasanya hari itu aku mulai merasakan tanda-tanda lain.

Di saat yang sama, aku juga mulai memperhatikan Hani. Dia yang awalnya selalu duduk berhadap-hadapan denganku, kini lebih memilih duduk di sebelahku.

Hal itu membuat dia semakin gampang mencubit lengan, tatkala aku bergurai atau mengeluarkan hal yang mengejutkan bagi dia.

Pelan-pelan cubitan itu berlanjut ke pegangan tangan, saling memeluk di atas sepeda motor, hingga membuat kita terbuai ke hal yang lebih jauh.

“Maaf, tetapi aku tanggung jawab kok,” kataku.

Dia mengangguk dan kita sama-sama melupakan kekhilafan itu. Namun, tidak bagi rasa cinta yang semakin hari semakin tumbuh.

Perasaan itu tidak berhenti dan semakin besar. Hingga puncaknya, aku menikahinya tak lama setelah kita lulus kuliah.

Setiap kali kita teringat dengan kejadian itu, aku dan Hani hanya bisa tertawa berdua.

BACA JUGA4 Alasan Pasangan Memilih Diam Meski Amarah Meluap-luap

Polanya masih sama, dia pasti mencubit lenganku. Kemudian, hal itu terjadi lagi, tetapi bukan sebuah kekhilafan, melainkan sudah bernilai ibadah. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Irwina Istiqomah Reporter: Chelsea Venda

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co