Janda Cantik Desa Sebelah, Bikin Dengkul Lemas

24 Desember 2020 13:20

GenPI.co - Pandemi Covid19 membuat hubungan rumah tanggaku terasa sangat menyenangkan. Hal itu karena adanya kebijakan Work From Home (WFH), jadi aku bisa terus bersama dengan istriku, Zahra. 

Aku bisa terus berada di dekat istriku tercinta. Aku juga tak perlu menahan terlebih dahulu bila sedang pengin. Namun, ternyata kebahagiaan itu tak berlangsung lama. Perlahan, aku justru menjadi sangat bosan berada di rumah saja. 

BACA JUGA: Jokowi Takut Nggak Berani Ganti 3 Menteri Ini

Tak hanya itu, aku juga sangat bosan melihat istriku sendiri. Bahkan, hasratku untuk begituan dengan Zahra mulai memudar.  Aku tak lagi semangat seperti di awal masa pandemi. Untungnya, aku masih punya sahabat di desa sebelah untuk bersenang-senang.  

"Mas Candra, mau ke mana? tanya istriku.  "Mau mancing ra, di desa sebelah, sama Joni," jawabku. 

Zahra mengizinkanku untuk pergi memancing dengan Joni, sahabatku. Ia sudah tahu, kalau aku tak akan berbuat macam-macam saat pergi bersama Joni. 

Ya, Joni memang sahabat yang sangat baik. Bahkan, saking baiknya, ia selalu disakiti oleh perempuan-perempuan yang memanfaatkan kebaikannya. 

Aku pun langsung pergi menuju ke rumah Joni di desa sebelah. Saat sampai di depan rumahnya, aku melihat seorang wanita cantik yang sedang menyapu di sebelah rumah Joni. 

"Ayo, liatin apa? Aku laporin ke Zahra kapok," kata Joni tiba-tiba. 

"Apaan sih, orang cuma lihat sapunya doang," jawabku. 

Mendengar hal itu, Joni pun langsung tertawa. Tentu ia sudah sangat mengenal sifat dan watakku. 

Joni bercerita, perempuan di sebelah rumahnya itu adalah warga baru bernama Sinta. Ia baru saja pindah beberapa hari yang lalu. 

BACA JUGA: Bongkar Kematian FPI, Kapolda Metro Ditantang Mubahalah

"Tahu yang menarik dari dia Can?" tanya Joni. "Apa?" tanyaku penasaran. 

"Dia seorang janda, belum punya anak," kata sembari sambil tersenyum lebar. 

Mendengar hal itu, tubuhku terasa sangat berbeda. Rasa malas yang sebelumnya ada karena terlalu lama di rumah, tiba-tiba menjadi sangat semangat  

Saat sibuk membicarakan Sinta, tiba-tiba ia datang menghampiri aku dan Joni. Aku sangat kaget saat itu, aku takut ia tahu aku sedang membicarakannya. 

"Mas, boleh minta tolong buat mindahin lemari di kamar? Saya nggak kuat kalau sendiri," kata Sinta. 

Aku dan Joni pun dengan senang hati menerima permintaan tolong Sinta tersebut. Setelah lemari selesai dipindahkan, Sinta membuatkan kami kopi susu. 

Saat aku minum kopi susu buatannya, aku dibuat kagum. Sebab, aku tak pernah mencoba kopi susu senikmat buatan Sinta. 

Singkat cerita aku dan Joni pun pamit untuk pergi memancing. Setelah pulang dari memancing, aku diam-diam mencoba mengirim pesan ke Sinta. 

Ya, waktu Sinta meminta tolong untuk memindahkan lemarinya, tanpa sepengetahuan Joni, aku meminta nomor teleponnya. Tentu ada maksud dan tujuan aku meminta nomor tersebut. 

Tanpa aku sadari, ternyata aku dan Sinta sudah intens bertukar kabar. Aku pun memberanikan diri untuk pergi ke rumah Sinta sendiri tanpa Joni. 

Namun, aku harus berhati-hati, karena rumah Sinta bersebelahan dengan rumah Joni. Bila Joni tahu aku main ke rumah Sinta, ia bisa melaporkanku pada Zahra. 

Setelah memastikan Joni aman dan tak ada di rumah, aku pun langsung bergegas menuju rumah Sinta. Tak aku sangka, saat baru masuk ke dalam rumah Sinta, ia langsung menarik bajuku dan langsung pemanasana.

"Malam ini aku milikmu mas," kata Sinta. 

Ternyata, selama ini Sinta merasa sangat kesepian dan membutuhkan teman. Ia pun termakan dengan rayuan-rayuan yang aku kirim melalui WhatsApp. 

Setelah bergulat satu ronde dengan Sinta, aku memutuskan untuk cepat pulang ke rumah. Entah kenapa, bukan rasa bahagia yang aku dapatkan setelah itu. 

Aku justru merasa sangat bersalah pada Zahra. Aku tak bisa menyembunyikan perasaanku bahwa aku sangat mencintai Zahra. 

BACA JUGA: Komnas HAM Beberkan Kasus FPI, Kapolda Metro Harus Siap

Aku sadar, ternyata yang aku lakukan ini hanya nafsu belaka. Tak ada rasa cinta saat aku bersama Sinta. 

Aku pun langsung pulang menuju rumah. Di dalam hati, aku terus meminta maaf kepada Zahra, karena aku telah membelah kesetianku kepadanya. (*) 

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Cahaya Reporter: Andi Ristanto

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co