Sekelumit Kisah Piringan Hitam di Tengah Badai Digital

05 April 2019 10:15

GenPI.co - Piringan hitam. Jika generasi millennial melihat barang satu ini, beberapa mungkin yang tak menyangka  jika ada lagu yang terekam di dalamnya. Wajar saja. Saat ini lagu-lagu sudah menjelma dalam format digital. Bisa diunduh dari banyak sumber, gratis atau berbayar, legal maupun ilegal. Beberapa bahkan menyediakan layanan mendengar lagu secara streaming.

Era digital boleh saja menulari setiap sisi kehidupan. Namun tak lantas membuat piringan hitam tersapu arus. Benda lawas ini memiliki penggemarnya sendiri. Mereka yang kadung jatuh cinta dengan romantisme masa lalu.

Jika tidak, mana mungkin ada tempat yang masih menjual piringan hitam. Salah satunya di  lantai 2 Pasar Santa di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Dirundung penasaran, GenPI.co mendatangi kawasan tersebut, dan menemukan sebuah lapak sempit yang menyediakan piringan hitam dari beragam genre lagu.Toko piringan hitam itu bernama Laid Black Blues.

Toko piringan hitam Laid Black Blues di Pasar Santa, Kebayoran Baru, Jakarta.

Laid Black Blues adalah satu dari lima toko yang bertahan menjual piringan hitam di pasar itu. Sebelumnya ada 15 toko. Sepuluh lainnya kemudian memilih tutup.

Karena menjual barang antik, jangan lantas membayangkan pemiliknya adalah seorang yang sudah dimakan usia. Namanya Samson PHO. Masuk kategori generasi millennial juga, namun gemar dengan musik-musik jadul.

Samson bercerita, para musisi zaman dulu mengeluarkan piringan hitam dengan  jumlah yang beragam. “Misalkan ada yang mengeluarkan album dan mencetak piringan hitam hanya 100 keping atau edisi spesial misalnya, ya tentu harganya pasti mahal karena sulit untuk dicari,” ungkap Samson yang juga seorang kolektor dan seniman itu.

Sedikit sejarah, piringan hitam ditemukan oleh Emilie Berliner pada tahun 1888. Temuannya itu kemudian dipatenkan di bawah label Berliner Gramaphone. Pada tahun 1918, masa pematenan berakhir, akibatnya semua label berlomba-lomba memproduksi piringan hitam.

Piringan hitam atau Vinyl merupakan bentuk fisik yang dihasilkan dari industri rekaman. Bentuknya tipis, dengan tiga ukuran, 12 ichi, 10 inchi dan 7 inchi. Satu plat piringan hitam memiliki berat 90-200 gram. 

Musisi Indonesia jaman lawas banyak yang merekam lagu-lagunya dalam format piringan hitam. Mereka di antaranya adalah Titiek Puspa, Koes Pulus, Dara Puspita dan Lilies Suryani.

Banyak cara yang dilakukan Samson untuk mendapatkan piringan hitam. Salah satunya dari perorangan yang punya piringan hitam dan tidak terpakai tapi masih bisa diputar. Selain itu, ia juga mendapatkan dari sesame kolektor.

Toko musik yang dikelola  Samson ini sudah  berusia lima tahun. Itu merupakan toko pertama yang menjual piringan hitam setelah pasar Santa beralih fungsi dan direnovasi. Ratusan keeping tersedia dan siap berganti pemilik.

“Piringan hitam ini sempat vakum sekitar dua  generasi. Kemudian muncul kembali sekitar tahun 2012 dan eksis sampai sekarang, karena dia memiliki market sendiri,” pungkas Samson.

Sebuah piringan hitam dengan alat pemutarnya bernama grapahone.

Masih di kawasan Pasar Santa itu, GenPI.co bertemu salah seorang kolektor piringan hitam di Jakarta. Namanya Rony.

Ia mengaku lebih suka mendengarkan lagu dari piringan hitam. Alasannya, suara lebih jernih. Selain itu memiliki piringan hitam merupakan salah satu bentuk kebanggan baginya.

“Saya suka sama piringan hitam sudah sejak SMA, tahun 90-an. Dulunya saya juga kan pemain band, jadi musik dan piringan hitam sudah mandarah daging pada diri saya,” ujar Rony.

Rony kemudian menjabarkan prestise memiliki keping piringan hitam itu. ” Ini merupakan output pertama kali yang dikeluarkan oleh perusahaan rekaman sebelum diterjemahkan ke CD, kaset dan elektronik,” ujarnya.

Sebagai kolektor, Rony mengaku menyimpan ratusan keeping piringan hitam. Sempat vakum kurang lebih tiga tahun, ia kemudian kembali memburu keeping-keping pirigan hitam yang belum dimilikinya. Seperti saat bertemu dengan GenPI.co, ia sedang membeli piringan hitam Joy Division.

“Memiliki vinyl adalah sebuah romantisme bagi saya,” imbuhnya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Paskalis Yuri Alfred Reporter: Mia Kamila

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co