GenPI.co - Mencium tangan suami dipercaya sebagai simbol rasa hormat dan cinta yang diberikan istri. Para istri pun sering melakukannya pada saat hendak bepergian, hari raya keagamaan maupun setelah ibadah.
Namun, bagaimana kah hukumnya mencium tangan suami menurut Islam. Sebenarnya dalam Islam, tidak diwajibkan bagi seorang istri untuk mencium tangan suami.
BACA JUGA: Hukum Berbohong untuk Suami Istri dalam Pernikahan Islam, Simak!
Namun, jika hal tersebut dilakukan sebagai bentuk kasih sayang, maka sangat dianjurkan. Hal ini berdasarkan hadits Nabi Muhammad SAW:
لَا يَصْلُحُ لِبَشَرٍ أَنْ يَسْجُدَ لِبَشَرٍ ، وَلَوْ صَلَحَ لِبَشَرٍ أَنْ يَسْجُدَ لِبَشَرٍ ، لَأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا، مِنْ عِظَمِ حَقِّهِ عَلَيْهَا
“Tidak boleh manusia bersujud kepada manusia lainnya. Seandainya manusia diperbolehkan bersujud kepada manusia lainnya niscaya aku akan memerintahkan wanita untuk bersujud kepada suaminya dikarenakan besarnya hak suami pada istri”. (HR Ahmad : 12614 dishahihkan oleh Imam Al-Albani dalam Shahihul Jami’ : 7725).
Selebihnya, ada 4 manfaat yang didapat dari kebiassaan ini. Simak yuk seperti dihimpun dari berbagai sumber.
1. Meningkatkan Rasa Kasih Sayang
Karena istri bukan bawahan dari suami, maka ini bisa meningkatkan rasa kasih sayang diantara keduanya. Di mana suami sangat di anjurkan untuk menghormati dan menyayangi istri begitu juga sebaliknya, istri diwajibkan mematuhi suami.
2. Mempererat Hubungan
Terkadang ada banyak hal yang membuat keduanya semakin menjauh, namun dengan adanya rutinitas ini menyebabkan keduanya semakin baik dalam menjalankan hubungan.
3. Menentukan Derajat Suami
Memang, istri bukanlah bawahan, namun dengan adanya rutinitas ini anda akan menjadikan rutinitas ini sebagai penentu derajat suami dan menentukan kualitas istri yang baik. Seperti dalil dibawah ini :
فَقَبَّلاَ يَدَهُ وَرِجْلَهُ وَقَالاَ: نَشْـهَدُ أَنَّكَ نَبِيٌّ
“Maka keduanya mencium tangan Nabi dan kakinya lalu berkata: Kami bersaksi bahwa engkau seorang Nabi”.
BACA JUGA: Ukhti, 3 Panduan Agar Cepat Hamil Dalam Ajaran Islam
4. Mencerminkan Kualitas Keluarga Yang Baik
مَا رَأَيْتُ أَحَدًا كَانَ أَشْبَهَ سُمْتًا وَهَدْيَا وَدَلاًّ بِرَسُوْلِ اللهِ مِنْ فَاطِمَةَ، وَكَانَ إِذَا دَخَلَتْ عَلَيْهِ قَامَ إِلَيْهَا فَأَخَذَ بِيَدِهَا فَقَبَّلَهَا وَأَجْلَسَهَا فِيْ مَجْلِسِهِ، وَكَانَتْ إِذَا دَخَلَ عَلَيْهَا قَامَتْ إِلَيْهِ فَأَخَذَتْ بِيَدِهِ فَقَبَّلَتْهُ، وَأَجْلَسَتْهُ فِيْ مَجْلِسِهَا.
“Aku tidak pernah melihat seorangpun lebih mirip dengan Rasulullah dari Fathimah dalam sifatnya, cara hidup dan gerak-geriknya. Ketika Fathimah datang kepada Rasulullah, maka Rasulullah berdiri menyambutnya lalu mengambil tangan Fathimah, kemudian Rasulullah mencium Fathimah dan membawanya duduk di tempat duduk beliau.
Dan apabila Rasulullah datang kepada Fathimah, maka Fathimah berdiri menyambutnya lalu mengambil tangan Rasulullah, kemudian mencium Rasulullah, setelah itu ia mempersilahkan beliau duduk di tempatnya”.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News