GenPI.co - Kelompok Houthi Yaman pada hari Minggu melakukan serangan menggunakan rudal langka yang menargetkan wilayah selatan negeri itu.
Sumber pemerintah mengatakan serangan tersebut menimbulkan pertikaian baru antara milisi pro Iran itu melawan pasukan yang bersekutu dengan koalisi militer yang dipimpin oleh Arab Saudi.
Serangan tersebut dilaporkan menghantam sebuah pangkalan militer di Abyan, menewaskan sedikitnya dua tentara dan melukai lebih dari 20 orang.
Peristiwa itu terjadi ketika pemerintah Yaman yang didukung Arab Saudi dan kelompok separatis tengah bersama-sama bergerak untuk meredakan ketegangan.
Dewan Transisi Selatan (STC) telah bersaing dengan pemerintah Yaman untuk menguasai wilayah selatan negeri itu.
Sementara Houthi, yang menggulingkan pemerintah dari ibu kota Yaman, Sanaa, pada akhir 2014, sebagian besar menguasai kawasan utara.
Tidak ada komentar langsung dari Houthi, yang berusaha merebut benteng utara terakhir pemerintah di Marib yang kaya gas, sekaligus juga terus melakukan serangan lintas perbatasan di kota-kota Saudi.
Ketidakstabilan di selatan makin memperumit upaya terhenti yang dipimpin oleh PBB dan didukung oleh Amerika Serikat untuk mengamankan gencatan senjata nasional Yaman.
Perang yang terjadi lebih dari enam tahun di Yaman yang telah menyebabkan krisis kemanusiaan yang mengerikan.
Arab Saudi sendiri telah menjadi tuan rumah pembicaraan antara STC dan pemerintah Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi.
Kantor berita SPA melaporkan Saudi pada Jumat (2/6) mengungkap sekutu telah setuju untuk menghentikan eskalasi politik, militer, keamanan dan lainnya yang mengancam kesepakatan pembagian kekuasaan yang dicapai pada 2019.
Kedua belah pihak belum mengerahkan kembali pasukan dari Aden dan wilayah selatan lainnya seperti yang ditetapkan oleh pakta yang ditengahi Saudi.
Pasukan STC, yang didukung oleh Uni Emirat Arab, berpatroli di Aden dan telah mengambil alih beberapa gedung pemerintah.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News