GenPI.co - Setelah varian delta, covid varian Lambda mulai mengintai. Varian ini jadi momok baru di tengah lonjakan kasus corona di seluruh dunia.
Terkait gejala, covid varian asal Peru ini mirip dengan varian lainnya. Gejala yang umum terjadi seperti demam tinggi, dan batuk secara terus-menerus.
Selain itu, ada juga kehilangan indra penciuman atau perasa, juga dialami pasien yang terinfeksi Lambda.
Menurut Public Health England (PHE), hingga saat ini tak ada bukti varian Corona tersebut dapat menyebabkan penyakit yang lebih parah.
Karena itu, varian Lambda masih masuk VoI, bukan variant of concern (VoC), yang menyebabkan peningkatan keparahan penyakit atau menular lebih cepat.
"Ada kemungkinan bahwa itu menunjukkan tingkat infeksi yang lebih tinggi, tetapi kami belum memiliki cukup data yang dapat diandalkan untuk membandingkannya dengan varian Gamma atau Delta," ucap ahli virologi WHO Jairo Mendez-Rico, dikutip dari DW.
Covid varian Lambda dideteksi pertama kali pada Agustus 2020 di Peru dan kini mendominasi negara tersebut.
Ada sekitar 81 persen dari total kasus covid-19 yang berasal dari varian Lambda, sementara 193.389 orang meninggal dunia akibat varian tersebut.
Selain Peru, sejauh ini sudah ada 30 negara yang mendeteksi varian Lambda, seperti di Inggris, Argentina, Brasil, Kolombia, Ekuador, dan Meksiko, hingga Chile.
Varian Lambda memiliki berbagai mutasi yang perlu diwaspadai, seperti seperti mutasi L452Q dan F490S.
"Mutasi F490S sebelumnya dikaitkan dengan penurunan kerentanan terhadap netralisasi antibodi," uajr peneliti Priscila Wink dari Hospital de Clínicas de Porto Alegre di Rio Grande do Sul, dikutip dari Medical News. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News