GenPI.co - Pengamat Hubungan Internasional Andrea Abdul Rahman mengungkap siasat Amerika Serikat (AS) yang mengungkit kasus HAM di sejumlah negara, termasuk Indonesia.
Andrea mengatakan, Amerika Serikat adalah sebuah negara yang unik.
Menurutnya, Amerika Serikat selalu merasa dirinya sebagai negara super power.
"Jadi, AS merasa punya hak mendikte atau menyoroti sesuatu yang di luar lingkup negara mereka, termasuk Indonesia," ujar Andrea kepada GenPI.co, Senin (18/4).
Oleh karena itu, Andrea mengatakan, Departemen Luar Negeri AS selalu rutin mengeluarkan laporan soal dugaan pelanggaran HAM di sejumlah negara mitra.
Andrea menduga ada tujuan khusus di balik aksi AS tersebut.
"Laporan rangkuman per negara itu digunakan sebagai bahan obrolan pembuka ke negara tujuan mereka," jelasnya.
Andrea mengatakan, siasat AS tersebut terbilang unik, karena biasanya obrolan pembuka pertemuan sebuah negara diisi hal-hal positif.
Namun, Amerika Serikat justru melakukan sebaliknya.
"AS sengaja menyoroti hal negatif dulu, supaya bisa bilang 'saya punya concern, saya punya power, saya yang menciptakan lembaga,' dan sebagainya," ungkap Andrea.
Menurut dia, jika sudah seperti itu, mau tidak mau negara lain pun akan mendengarkan apa yang menjadi concern AS tersebut.
"Hal ini yang selalu dilakukan AS secara berkala, apalagi mereka tentu punya kepentingan lebih, termasuk karena sebentar lagi G20," tambahnya.
Seperti diketahui, Deplu AS menganalisis dugaan pelanggaran HAM pada 2021 di 200 negara.
Dalam laporan tersebut, aplikasi PeduliLindungi yang ada di Indonesia diduga melakukan pelanggaran HAM.
Sebab, aplikasi tersebut dinilai Deplu AS melanggar privasi seseorang.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News