Pelajari Partikel Debu Angkasa, NASA Luncurkan Perangkat Khusus

17 Juli 2022 09:10

GenPI.co - Sebuah perangkat khusus diluncurkan Badan Penerbangan dan Antariksa AS (NASA) untuk mempelajari partikel debu serta potensinya pada iklim di dunia.

Perangkat itu bernama Earth Surface Mineral Dust Source Investigation (EMIT).

Peluncuran dilakukan menggunakan pesawat ruang angkasa SpaceX Dragon dari Kennedy Space Center pada Kamis (14/7) waktu setempat.

BACA JUGA:  Cara Astronaut Makan dan Minum di Luar Angkasa, Ternyata Begini

Melansir Antara, Minggu (17/7), NASA tertarik meneliti lebih dalam mengenai debu karena partikel tersebut memiliki kekuatan yang besar di atmosfer Bumi.

Partikel debu angkasa dinilai NASA bisa memerankan peran ganda, entah sebagai penyebab dingin atau pun panas.

BACA JUGA:  Asteroid Pembawa Maut Mendekati Bumi, NASA Beri Peringatan

“EMIT diciptakan mempelajari debu mineral karena saat ini merupakan elemen yang tidak diketahui,” ujar peneliti utama EMIT Robert Green.

Salah satu alasan mengapa debu perlu dipelajari secara mendalam karena rupanya partikel debu terdiri dalam berbagai macam warna.

BACA JUGA:  NASA Posting Gambar Baru Planet Mars, Netizen Langsung Heboh

Misalnya, debu berwarna merah berpotensi memiliki kandungan zat besi. Lalu, debu yang mengandung tanah liat biasanya memiliki warna yang lebih cerah.

Partikel debu yang lebih ringan dinilai akan memantulkan sinar matahari dan membantu mendinginkan planet ini.

Dari spektrum yang berlawanan, partikel debu gelap justru akan menyerap energi matahari dan memiliki efek pemanasan.

Dengan perubahan iklim yang telah memanaskan keadaan hingga tingkat berbahaya bagi kehidupan Bumi, para ilmuwan benar-benar ingin tahu apakah debu angkasa membantu atau mengganggu upaya menstabilkan suhu global.

Maka dari itu, para peneliti menghadirkan EMIT, sehingga partikel debu dapat dipelajari dengan lebih mendalam menggambarkan pencitraan yang lebih luas dari atas Bumi.

EMIT akan mengumpilkan lebih dari satu miliar sampel pengukuran selama satu tahun ke depan mengambil komposisi debu di seluruh dunia.

Hal itu diharapkan dapat membantu peneliti mengukur spektrum cahaya yang dipantulkan debu dari permukaan Bumi.

Dengan demikian, jumlah partikel debu gelap atau partikel debu ringan bisa terlihat dari segi porsinya berada di muka Bumi.

“Ini terkait dengan iklim sekarang dan di masa depan, dan itu akan memungkinkan kami untuk memiliki informasi yang lebih baik untuk beradaptasi dengan perubahan iklim,” kata Robert.

Di luar perubahan iklim, data EMIT juga akan digunakan untuk mempelajari fenomena lain di Bumi yang dipengaruhi oleh debu.

Misalnya, seperti fakta bahwa debu dapat melakukan perjalanan ribuan mil dari Afrika Utara ke hutan hujan Amazon, di mana ia menyediakan nutrisi bagi tanaman.

Debu juga memiliki andil dalam pembentukan awan, kualitas udara, dan bahkan ketersediaan air.

Orbit Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) di sekitar planet Bumi dinilai sangat ideal untuk pengukuran debu karena ia berputar di sekitar beberapa daerah paling gersang di Bumi yaitu gurun pasir.

EMIT dijadwalkan tiba di ISS pada Sabtu (16/7) dan ditargetkan sudah mulai bisa mengirimkan sampel kepada peneliti di akhir Juli 2022. (ant)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Pulina Nityakanti Pramesi

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co