GenPI.co - Kelompok pemberontak di Kolombia kini memanfaatkan media sosial, seperti Facebook dan TikTok, untuk merekrut anak-anak dari komunitas terpinggirkan.
Dilansir AP News, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) meminta perusahaan media sosial perlu lebih serius dalam memantau dan menghapus konten berbahaya.
Pejabat tinggi hak asasi manusia (HAM) PBB di Kolombia Scott Campbell mengatakan dibutuhkan lebih banyak investasi dalam teknologi dan tenaga ahli untuk menghentikan penyebaran video dari kelompok pemberontak.
"Video-video itu biasanya menampilkan gaya hidup kelompok bersenjata secara positif, dengan tujuan menarik perhatian anak muda agar mau bergabung," kata Campbell, Kamis (1/5).
Campbell menilai perusahaan media sosial belum memberikan perhatian yang cukup untuk moderasi konten di wilayah seperti Amerika Latin.
Dalam pertemuannya dengan Meta (induk perusahaan Facebook), Campbell membahas perlunya tindakan yang lebih tegas.
Dia juga berencana bertemu dengan perwakilan TikTok untuk tujuan serupa.
Menanggapi hal ini, TikTok menegaskan telah melarang organisasi kekerasan dan bekerja sama dengan pihak berwenang di Kolombia untuk menutup akun-akun bermasalah.
Meta juga menyatakan komitmennya untuk melawan perekrutan anak-anak, termasuk lewat kerja sama dengan aparat hukum.
Pemerintah Kolombia mencatat lebih dari 400 anak direkrut kelompok bersenjata sepanjang tahun 2024.
Provinsi Cauca, yang berada di barat daya Kolombia, menjadi salah satu wilayah dengan kasus perekrutan tertinggi.
Di sana, kelompok pemberontak sering menawarkan uang dan hadiah untuk menarik anak-anak. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News