GenPI.co - Uni Eropa meluncurkan inisiatif baru untuk menarik ilmuwan dan peneliti internasional ke Eropa.
Dilansir AP News, hal itu dilakukan di tengah kebijakan Amerika Serikat yang mulai membekukan pendanaan untuk program keberagaman, kesetaraan, dan inklusi (DEI).
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengkritik perubahan arah kebijakan riset di AS.
"Tidak terbayangkan negara demokrasi besar akan membatalkan program penelitian hanya karena mengandung kata keberagaman," katanya dalam acara Choose Europe for Science di Paris, Rabu (7/5).
Macron juga menyinggung pembatasan visa untuk peneliti sebagai langkah yang merugikan kemajuan ilmu pengetahuan.
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengumumkan program "hibah super" senilai 500 juta euro (USD 566 juta) untuk periode 2025–2027.
Dana itu akan disalurkan melalui Dewan Riset Eropa dan bertujuan memberikan kepastian jangka panjang bagi peneliti unggulan.
Dia menegaskan Uni Eropa berkomitmen melindungi kebebasan akademik dengan merumuskannya dalam undang-undang.
"Eropa tidak akan berkompromi terhadap prinsip-prinsipnya, bahkan di tengah meningkatnya tekanan global," tegasnya.
Sementara itu, Gedung Putih menggambarkan kebijakan DEI sebagai hakikat diskriminatif.
Juru bicara Anna Kelly mengatakan Uni Eropa fokus pada kebijakan yang memecah belah ketimbang penelitian nyata.
"AS akan tetap menarik dan mengembangkan talenta terbaik dalam riset," katanya. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News