Palestina Melawan! Putus Hubungan dengan Israel dan Amerika

02 Februari 2020 21:10

GenPI.co - Presiden Palestina Mahmoud Abbas menyatakan telah memutus semua hubungan termasuk di bidang keamanan dengan Israel dan Amerika Serikat.

Hal tersebut dilakukan setelah Palestina menolak rencana perdamaian Timur Tengah yang diajukan Presiden AS Donald Trump.

BACA JUGA: Timur Tengah Memanas, Jepang Kirim Kapal Destroyer Takanami

Presiden Palestina sedang berada di Kairo untuk menyampaikan pidato pada pertemuan Liga Arab, kelompok negara yang mendukung penentangan Palestina terhadap rencana Trump.

BACA JUGA: Rusia Gempur Idlib Suriah, Turki Ancam Kirim Kekuatan Militer

Cetak biru tersebut, yang didukung oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, berisi imbauan pembentukan negara Palestina yang didemiliterisasi.

BACA JUGA: Indonesia Bikin Jantungan Australia, Sukhoi-35 Rusia vs F-35 AS

Di mana tidak termasuk permukiman Yahudi yang dibangun di wilayah pendudukan, serta seluruhnya berada di bawah kendali keamanan Israel.

"Kami telah memberi tahu pihak Israel, sama sekali tidak akan ada hubungan dengan mereka dan Amerika Serikat, termasuk bidang keamanan," beber Abbas dalam pertemuan darurat satu hari.

BACA JUGA: 6 Tanda Doi Jatuh Hati Padamu, Nomor 2 Bikin Jantung Copot

Pasukan keamanan Israel dan Otoritas Palestina telah sekian lama bekerja sama dalam menjaga ketertiban di Tepi Barat, wilayah yang diduduki Israel dan berada di bawah kendali Palestina.

BACA JUGA: 4 Zodiak Ini Mendapat Cintanya di Hari Valentine

Sementara itu, Otoritas Palestina juga punya perjanjian kerja sama intelijen dengan CIA, yang bahkan masih berlanjut setelah Palestina memboikot upaya perdamaian 2017 yang diusung pemerintahan Trump.

BACA JUGA: 4 Zodiak Ini Penuh Keberuntungan di Bulan Februari

Presiden Palestina denga tegas mengatakan bahwa ia telah menolak membahas rencana itu dengan Trump melalui telepon atau pun menerima salinan rencana untuk dipelajari.

BACA JUGA: Situasi China Mencekam, Foto Suasana Kota Mati Tampak di Hubei

"Trump minta berbicara dengan saya melalui telepon, tetapi saya bilang 'tidak', dan dia ingin mengirimkan surat kepada saya, tetapi saya tolak," tegasnya.

Cetak biru tersebut juga berisi pengakuan AS atas permukiman-permukiman Israel di tanah Tepi Barat yang diduduki, serta bahwa Yerusalem merupakan ibu kota Israel yang tak dapat dibagi.

BACA JUGA: Nekat Pulang, Ini Cerita Mencekam Mahasiswi Indonesia di China

Para menteri luar negeri Liga Arab yang bertemu di Kairo mengatakan rencana itu tidak memenuhi aspirasi minimum Palestina.

Hasil pertemuan itu juga menetapkan bahwa Liga Arab tidak akan bekerja sama dengan Amerika Serikat dalam penerapan rencana itu.

BACA JUGA: Nasib Honorer K2 Ada di Depan Mata, yang Tak Punya SPTJM Wassalam

Hak Palestina untuk membentuk negara masa depan berdasarkan pada wilayah yang dicaplok dan diduduki Israel selama perang Timur Tengah pada 1967.

Di mana Yerusalem Timur sebagai ibu kota, demikian bunyi pernyataan akhir pertemuan tersebut.

Setelah Trump mengungkapkan rencana, beberapa negara kuat Arab terlihat memprioritaskan hubungan erat dengan Amerika Serikat.

Kendati mereka punya sejarah mendukung Palestina. 

Negara-negara itu juga memusuhi Iran dalam hal persekutuan tradisional Arab.

Sebelumnya, pada Selasa (28/1), Netayahu mengatakan ia akan meminta kabinetnya pekan ini untuk menyetujui pengajuan undang-undang Israel soal pemukiman Yahudi di Tepi Barat.

Tindakan seperti itu bisa menjadi langkah pertama menuju pencaplokan resmi permukiman dan Lembah Jordan, wilayah yang diduduki militer Israel sejak dicaplok pada 1967.

Sebagian besar negara-negara menganggap tanah yang diduduki Israel dalam perang sebagai pelanggaran terhadap hukum internasional.(reuters/ant)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Tommy Ardyan

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co