GenPI.co - Rusia berusaha menantang kehadiran Amerika Serikat di timur laut Suriah, dengan melanggar ketentuan perjanjian de-eskalasi konflik, dan membantu meningkatkan pertempuran di provinsi barat laut Idlib.
BACA JUGA: Prabowo Subianto Dilarang Maju Pilpres 2024, Ini Alasan Analis...
Melihat hal tersebut, Amerika Serikat pada Rabu (5/2) memberikan peringatan secara keras kepada Rusia atas kebijakannya di Idlib, Suriah.
Menurut James Jeffrey, utusan khusus AS untuk Suriah mengatakan Amerika Serikat sangat khawatir terkait serangan pemerintah Suriah di Idlib yang didukung oleh Rusia.
BACA JUGA: Prabowo dan Puan Bisa Keok Pilpres 2024 Jika Pasangan Ini Maju
Jeffrey pun mengulangi seruan kepada Moskow untuk menghentikannya.
"Ini adalah konflik yang berbahaya. Ini perlu diakhiri. Rusia perlu mengubah kebijakannya," jelas Jeffrey.
BACA JUGA: Rusia Mulai Kirim Roket S-400 ke India, Amerika Kalang Kabut...
Sementara itu, Amerika Serikat, Prancis, dan Inggris menyerukan pertemuan Dewan Keamanan PBB pada hari Kamis (6/2) untuk membahas situasi di Idlib.
BACA JUGA: Ini Jadwal Pencairan Gaji ke-13 dan 14, Honorer K2 PPPK Semringah
Sampai saat ini, Presiden Donald Trump masih mempertahankan sekitar 600 tentara Amerika, sebagian besar di wilayah timur laut Suriah untuk melanjutkan perang melawan Negara Islam.
BACA JUGA: Ternyata Ini yang Menghambat Honorer K2 Lulus PPPK...
Namun, di barat laut Suriah, Amerika Serikat tidak memiliki pasukan di darat sehingga sedikit pengaruhnya terhadap Rusia atau pemerintah Suriah dalam menyatakan posisinya.
BACA JUGA: Terharu! Prajurit TNI, Polisi dan Sekuriti Hormat ke Penjual Ikan
Sementara itu, kekerasan yang terjadi di Idlib telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir, meskipun beberapa upaya gencatan senjata dilaksanakan baru-baru ini.
Saat ini, pasukan pemerintah Suriah memasuki Saraqeb di Idlib.
BACA JUGA: China Marah? Presiden Jokowi: Kepentingan Nasional Nomor Satu
Seorang pemantau perang dan saksi mata mengatakan pasukan tersebut diterjunkan untuk merebut kembali Idlib, dari kelompok pemberontak yang terakhir.
"Kami melihat tidak hanya Rusia tetapi Iran dan Hizbullah yang secara aktif terlibat dalam mendukung serangan Suriah. Kami tidak tahu apakah serangan itu hanya untuk sampai ke jalan raya, atau mungkin terus berlanjut," beber Jeffrey.
Hal itu mengacu pada jalan raya strategis yang menghubungkan Aleppo Suriah ke Hama dan Latakia di pantai Mediterania.
Menurut Jeffrey, bahwa Moskow dapat mengubah kebijakannya dan memenuhi persyaratan komunitas internasional tanpa mengusir Assad.
Wilayah Timur Laut Suriah merupakan medan pertempuran yang rumit dengan keberadaan pasukan Amerika Serikat, Turki dan Rusia.
Di wilayah tersebut juga terdapat pasukan pemerintah Suriah dan milisi Iran.
Setelah Amerika Serikat memutuskan penarikan pasukannya dari daerah itu, Rusia mengisi kekosongan itu dan meningkatkan kehadiran militernya di timur laut Suriah.
Jeffrey meminta Moskow untuk sepenuhnya mematuhi perjanjian de-eskalasi konflik dengan Amerika Serikat.(Reuters)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News