Indonesia Makin Ngeri! Jadi Rebutan Amerika Serikat dan China 

24 Oktober 2020 09:20

GenPI.co - Rencana kedatangan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Michael Pompeo ke Indonesia merupakan momentum Pemerintahan Jokowi untuk menekan AS di bidang ekonomi.

Hal itu diungkapkan oleh Anggota DPD RI Prof Jimly Asshiddiqie kepada jpnn.com, Kamis (22/10).

BACA JUGA: Tak Dipercaya Lagi Prabowo Subianto, Politisi Ini Blak-blakan

Guru Besar Hukum Tata Negara Universitas Indonesia (UI) ini memprediksi kunjungan Pompeo merupakan upaya untuk membujuk Indonesia supaya tak berpihak ke China.

"Nanti setelah Menlu AS berkunjung, makin jelas gigihnya AS bujuk RI tidak berpihak ke RRC," kata Prof Jimly.

Persiapan kunjungan Menlu Pompeo pada 25-30 Oktober yang akan datang masih terus dibahas, termasuk oleh Menlu Retno Marsudi dan Duta Besar AS untuk Indonesia Sung Kim.

BACA JUGAShio Banjir Rezeki, Bisnis Melejit Panen Uang Dadakan

Menurut Prof Jimly, kunjungan Pompeo bisa menjadi peluang emas bagi Indonesia untuk memberikan tekanan kepada Amerika.

"Peluang emas untuk tekan AS agar teken persetujuan pindahkan pabrik-pabrik industrinya dari China ke Indonesia," ujarnya.

"Bila perlu buat UU/Perppu khusus untuk kemudahan investasi mereka. Bisa jadi UU Ciptaker tidak relevan," lanjut Prof Jimly Asshiddiqie.

BACA JUGA: Angka Ajaib Menghitung Hoki dari Tanggal Lahir, Buktikan!

Sebelumnya, Guru Besar Hukum Internasional UI Hikmahanto Juwana juga menanggapi rencana kunjungan tersebut.

Menurutnya kunjungan tersebut merupakan usaha AS untuk mendekati bumi pertiwi yang kerap berhubungan dengan negeri tirai bambu.

"Menjadi pertanyaan di masa pandemi covid 19 ini dan mendekatnya pelaksanaan Pemilihan Presiden di AS, mengapa para pejabat AS intens berhubungan dengan para mitranya di Indonesia," ungkap Hikmahanto.

"Belakangan ini China sangat agresif di Laut China Selatan," lanjutnya.

Menurutnya, China dengan kekuatan ekonomi dan penemuan vaksinnya telah mengembangkan pengaruh di negara-negara kawasan dan AS khawatir jika kedekatan itu kian berlanjut.

"AS tentunya berharap Indonesia berada di belakang AS. Permintaan AS untuk mendaratkan pesawat tempur mata-mata dapat diartikan demikian," pungkas Hikmahanto.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Tommy Ardyan Reporter: Panji

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co