Menggelegar, Kisah Gadis Tigray Temani Tidur Tentara, Buat Lemas

02 Maret 2021 21:18

GenPI.co - 4 Desember 2020 lalu menjadi hari yang paling menakutkan bagi seorang gadis belia bernama Mona Lisa Abraha saat tentara Eritrea memasuki desanya di Tembin di wilayah Tigray yang diperangi Ethiopia.

“Mereka memperkosa saya dan saya dilempar ke tanah. Kemudian, salah satu tentara menembakkan peluru ke saya. Saya berdarah berjam-jam. Lalu, tangan saya diamputasi,” kenang Abraha sembari menangis, seperti dilansir dari Aljazeera, Selasa (2/3/2021).

BACA JUGA: Pendukung Kudeta Militer Myanmar Jadi Brutal, Jangan Dekat-dekat!

Kisah Abraha mungkin menjadi salah satu dari sedikit yang muncul dari konflik rahasia di Tigray, di mana komunikasi terputus selama berminggu-minggu dan akses media sangat dibatasi sebelum sedikit dikurangi baru-baru ini.

Para saksi, korban selamat dan penduduk menyatakan bahwa pasukan dari Eritrea melakukan kejahatan mengerikan setelah memasuki Tigray untuk mendukung militer Ethiopia melawan musuh lama mereka.

"Beberapa gadis dan saya berhasil meninggalkan desa, tetapi di jalan kami ditangkap oleh tentara Eritrea. Lebih dari 10 tentara secara bergiliran memperkosa kami," kata Saba, seorang perempuan pengungsi dari Mai Kadra.

Dilaporkan juga di Tigray barat, di mana diperkirakan 600 warga sipil tewas dalam pembantaian 9 November yang disalahkan pada kelompok pemuda Tigrayan, serta polisi dan milisi setempat.

Sementara, Eritrea dan Ethiopia membantah bahwa pasukan Eritrea mengambil bagian dalam konflik yang diyakini telah menewaskan ribuan orang, membuat ratusan ribu orang mengungsi dan memicu kekurangan besar makanan, air dan obat-obatan.

Anggota tertinggi pemerintah sementara yang ditunjuk negara di Tigray juga mengakui keberadaan pasukan Eritrea dan tuduhan penjarahan dan pembunuhan.

"TPLF menyerang tentara pemerintah federal di wilayah Tigray, yang mengungkap lokasi mereka dan memimpin pasukan Eritrea untuk masuk," kata Mulu Nega selaku gubernur sementara wilayah Tigray.

Pekan lalu, Amnesty International menerangkan dalam sebuah laporan bahwa ratusan warga sipil dibantai oleh tentara Eritrea di kota Axum pada November, yang merupakan serangkaian pelanggaran hak asasi manusia dan hukum humaniter.

Pembantaian itu dilakukan dengan cara terkoordinasi dan sistematis untuk meneror penduduk agar tunduk dan mungkin merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan.

Temuannya didasarkan pada 41 wawancara dengan saksi dan korban pembantaian, semuanya etnis Tigrayans.

Saksi mata mengungkapakn sebagian besar mengenakan seragam dan sepatu yang mudah dibedakan dari tentara Ethiopia.

Mereka juga menambahkan bahwa pasukan itu membedakan diri mereka sebagai orang Eritrea ketika mereka berbicara dalam dialek yang khas dengan kata-kata dan aksennya sendiri-sendiri.

Beberapa tentara memiliki tiga bekas luka di setiap kuil di dekat mata, mengidentifikasi diri mereka sebagai Beni-Amir, kelompok etnis yang mengangkangi Sudan dan Eritrea tetapi tidak ada di Ethiopia.

BACA JUGA: AS Serang Iran, OMG Kiamat Makin Dekat, Manusia Bisa Mati Berdiri

Tetapi, pemerintah Ethiopia telah mempertanyakan keakuratan sumber Amnesty, tetapi mengatakan penyelidikan akan diluncurkan.

Komisi Hak Asasi Manusia Ethiopia yang ditunjuk negara juga menerangkan bahwa laporan Amnesty harus ditanggapi dengan serius dan penyelidikan awal menunjukkan bahwa tentara Eritrea telah membunuh sejumlah warga sipil yang tidak diketahui di Axum.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Luthfi Khairul Fikri

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co