Taiwan Tebar Hawa Neraka, Mesin Perangnya Tantang China

30 Maret 2021 17:20

GenPI.co - Taiwan tak mengendurkan kekuatan di Laut China Selatan. Mesin perangnya all out tantang China. Hawa neraka terang-terangan ditebar Taiwan.

Sebelumnya, China membuat Taiwan khawatir. Hampir setiap hari China mengerahkan jet tempurnya ke sudut zona identifikasi pertahanan udara Taiwan.

Pada Jumat, kementerian pertahanan melihat 20 pesawat, jumlah yang sangat tinggi. China juga telah menambah hanggar dan sistem radar di tujuh pulau kecil miliknya di rantai kepulauan Spratly dalam dekade terakhir.

BACA JUGA: Zodiak Penguasa April, Hokinya Full 1 Bulan

Taiwan tak ingin terus di bawah tekanan. Serangan balik disiapkan. Hawa neraka mulai ditebar pelan-pelan.

Nuansa ini sangat terlihat jelas di formasi laut Taiwan. Latihan pasukan ditingkatkan. Persenjataan pertahanan juga terus ditambah.

Bahkan pulau terbesar di Taiwan dipagari dengan mesin perang yang supergahar. Analis percaya jika mereka mempersiapkan kemungkinan serangan oleh China.

Menurut beberapa analis Pulau Taiping, pos terdepan yang juga dikenal sebagai Itu Aba, akan lebih mudah diambil China.

Itu dikarenakan luasnya hanya 46 hektar. Bentuk lahan tropis itu mendukung jalur udara, dermaga dan rumah sakit kecil.

Organisasi penelitian Council on Foreign Affairs dalam laporan khusus bulan lalu bahwa pulau itu sangat strategis.

BACA JUGA: Shio Fenomenal! Hoki Segunung, Cuan Berbukit-bukit

Keberadaanya bisa membuat tegang Taiwan. China dapat dengan mudah menyerang satu atau beberapa pulau lepas pantai yang dikuasai Taiwan, termasuk Taiping.

Sadar akan ancaman ini, Taiwan pun siaga.  Media lokal melaporkan Menteri Pertahanan Chiu Kuo-cheng mengatakan kepada parlemen pada 17 Maret lalu jika China mampu menyerang. Dia ingin Pulau Taiping selalu siap setiap saat.

Dia mengacu pada pulau yang berpenduduk jarang di kepulauan Spratly, 1.500 kilometer barat daya Taiwan dan disengketakan oleh lima pemerintah lain, termasuk China.

“Itu jelas menandakan bahwa Taipei prihatin,” kata Fabrizio Bozzato, peneliti senior di Ocean Policy Research Institute, Sasakawa Peace Foundation, yang berbasis di Tokyo. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Agus Purwanto

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co