Houthi Penakluk Tanah Riyadh, Arab Saudi Siapkan Rudal Kiamat

06 April 2021 20:02

GenPI.co - Intervensi militer aliansi pimpinan Arab Saudi di Yaman tidak hanya gagal dalam tujuannya untuk mengalahkan pemberontak Houthi, tetapi kerajaan tersebut menemukan dirinya dalam posisi di mana mereka mungkin dipaksa untuk menyerah.

“Houthi telah terbukti menjadi kekuatan tempur yang tangguh. Arab Saudi tidak memiliki permainan lapangan yang sebanding yang dapat menandingi musuh mereka,”  ujar Direktur Pusat Studi Timur Tengah di Universitas, Denver Nader Hashemi dalam pernyataannya, seperti dilansir dari Aljazeera, Selasa (6/4/2021).

BACA JUGA: Langkah Kuda Taiwan Boleh Juga, China Dibuat Begini

Realitas ini jauh dari apa yang semula diantisipasi Arab Saudi ketika memasuki perang melalui Operasi Badai yang Menentukan pada Maret 2015.

“Arab Saudi mengira akan memenangkan perang ini melalui kampanye pengeboman, dan semuanya akan berakhir dalam beberapa minggu. Kami sekarang telah memasuki tahun ketujuh perang ini tanpa akhir yang jelas terlihat,” kata Hashemi.

Faktanya, Houthi terus maju sejak saat itu, dan Arab Saudi berada dalam posisi di mana tidak masuk akal untuk menjadi pemenang perang.

Pasalnya, pemberontak Houthi saat ini telah mengontrol ibu kota Sanaa dan sebagian besar barat laut Yaman.

Kota Marib, yang memiliki kepentingan strategis yang sangat penting karena berfungsi sebagai pusat produksi minyak dan gas negara dan memiliki infrastruktur penting, juga terus-menerus diserang.

Selain keuntungan teritorial ini, Houthi juga berulang kali menunjukkan bahwa mereka dapat menyerang infrastruktur di wilayah Saudi dengan drone.

Pemberontak Houthi juga sangat menyadari posisi dan pengaruh mereka saat ini. Sementara, Arab Saudi dan sekutunya berpotensi dipaksa untuk mundur tanpa Houthi harus membuat konsesi apa pun.

Oleh karena itu, penolakan awal mereka terhadap proposal tersebut tidak mengejutkan, terutama karena 'tidak ada yang baru'.

“Rencana perdamaian yang mereka kemukakan sekarang adalah versi revisi dari rencana yang mereka ajukan pada tahun 2020 daripada sesuatu yang baru,” terang Steven Hurst selaku Kepala Departemen Sejarah, Politik dan Filsafat di Manchester Metropolitan University.

BACA JUGA: Mata Israel Bak Dewa, Iran Bisa Dikuliti Habis

Meskipun demikian, Ketua Perunding Houthi, Mohammed Abdulsalam, menyatakan kesediaannya untuk melakukan pembicaraan lebih lanjut dengan Riyadh, Washington, dan Muscat untuk memfasilitasi kesepakatan perdamaian.

Selain itu, berdasarkan data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sejauh ini perang telah menelan korban sekitar 250.000 orang Yaman. Empat juta orang telah mengungsi, 80 persen populasi bergantung pada bantuan, dan jutaan terus kelaparan.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Luthfi Khairul Fikri

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co