GenPI.co - Eritrea telah mengakui pasukannya mengambil bagian dalam perang di wilayah utara Tigray Ethiopia tetapi berjanji untuk menarik mereka keluar di tengah meningkatnya tekanan internasional.
Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed mengatakan pihaknya telah mengirim pasukan ke Tigray pada November tahun lalu untuk melucuti senjata dan menahan para pemimpin partai politik yang pernah dominan di kawasan itu, Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF).
BACA JUGA: Situasi di Tigray Ethiopia Mencekam, Bak Neraka Jahanam!
Selama berbulan-bulan, pemerintah Ethiopia dan Eritrea menyangkal keterlibatan Eritrea, bertentangan dengan kesaksian dari penduduk, kelompok hak asasi, pekerja bantuan, diplomat dan bahkan beberapa pejabat sipil dan militer Ethiopia.
Dilansir Aljazeera, Minggu (18/4/2021), Abiy juga mengakui kehadiran Eritrea pada bulan Maret saat berbicara dengan anggota parlemen, dan berjanji segera setelah itu mereka akan pergi.
Sementara itu, Kepala bantuan PBB Mark Lowcock mengatakan kepada DK PBB bahwa meskipun Abiy berjanji sebelumnya, tidak ada bukti penarikan pasukan Eritrea dari wilayah tersebut.
Dia juga mengatakan pekerja bantuan terus melaporkan kekejaman baru yang mereka katakan dilakukan oleh Pasukan Pertahanan Eritrea.
Penduduk Tigray telah berulang kali menuduh pasukan Eritrea melakukan pemerkosaan massal dan pembantaian massal, termasuk di kota Axum dan Dengolat.
BACA JUGA: India Ampun-ampunan, Warga Meninggal di Mana-Mana
Eritrea dan Ethiopia menyalahkan konflik tersebut pada serangan yang diatur TPLF di kamp-kamp tentara federal pada awal November dan menggambarkannya sebagai kampanye untuk memulihkan hukum dan ketertiban.
PBB juga telah menerima laporan dari 150 orang yang sekarat karena kelaparan di satu daerah di selatan Tigray, menyebutnya sebagai tanda apa yang akan terjadi jika lebih banyak tindakan tidak diambil.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News