Susu Kental Manis Diseduh Bisa Tingkatkan Risiko Diabetes

10 Oktober 2021 22:25

GenPI.co - Produk susu kental manis kembali menjadi perbincangan. Pasalnya, produk yang seharusnya hanya digunakan sebagai topping atau bahan tambahan dalam makanan ini masih banyak dikonsumsi sebagai minuman susu untuk anak-anak, bahkan bayi.

Koordinator Kelompok Subtansi Standardisasi Bahan Baku, Kategori, Informasi dan Harmonisasi Pangan Olahan, Yeni Restiani dalam dialog radio beberapa waktu lalu menjelaskan bahwa regulasi telah mengatur penggunaan susu kental manis hanya untuk topping bukan untuk diseduh.

"Kami sudah menuangkan dalam regulasi peraturan badan POM nomor 31 tahun 2018 tentang label pangan olahan jadi memang ditegaskan pula bahwa penggunaan yang benar itu digunakan sebagai topping misalnya untuk martabak, campuran kopi, coklat, dan lain-lain," ungkapnya dikutip GenPI.co, Minggu (10/10).

BACA JUGA:  Bahaya! Usia PAUD Tak Dianjurkan Minum Susu Kental Manis

Mengonsumsi susu kental manis dengan cara diseduh ternyata bisa meningkatkan risiko diabetes hingga obesitas.

Pada anak-anak terlebih lagi bayi dibawah 1 tahun, konsumsi susu kental manis dapat mengakibatkan gangguan gizi dan tumbuh kembang anak. Dalam kondisi yang lebir parah, anak dapat mengalami gizi buruk dan stunting.

BACA JUGA:  Pemberian Susu Kental Manis Berpotensi Langgar Hak Anak

Dokter Spesialis Gizi Klinik, Dr. dr. Inge Permadhi, SpGK. menjelaskan alasan di balik larangan menyeduh susu kental manis.

Kandungan gula dalam susu kental manis tergolong cukup tinggi untuk dikonsumsi. Padahal, saat dikonsumsi dengan cara diseduh, jumlah susu kental manis yang digunakan cenderung dalam jumlah banyak jika tak ingin terasa hambar.

Juga, menyeduh susu kental manis dapat mengakibatkan masyarakat berasumsi minuman ini adalah susu dan memiliki kandungan gizi yang baik untuk anak.

Hal ini berbeda halnya jika susu kental manis digunakan sebagai topping untuk dikonsumsi bersama makanan lain.

"Bisa dicek di tabel gizi yang ada di kemasan susu kental manis. Berapa kandungan proteinnya?, coba dibandingkan dengan produk susu sebenarnya. Biasanya jauh lebih sedikit," jelas Inge Permadhi. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Landy Primasiwi

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co