Awas! Ikan Asin Ternyata Sangat Berbahaya, Begini Penjelasan dr. Ema Surya Pertiwi

24 Desember 2022 10:00

GenPI.co - Praktisi kesehatan dr. Ema Surya Pertiwi membeber tentang ikan asin yang ternyata memiliki efek samping yang berbahaya bagi kesehatan.

Hal tersebut diungkapkan dr. Ema Surya Pertiwi dalam keterangan yang dilansir dari kanal YouTube Emasuperr, Sabtu (24/12/2022).

Menurut dr. Ema Surya Pertiwi, bila sering mengonsumsi ikan asin bisa menyebabkan berbagai masalah kesehatan.

BACA JUGA:  Manfaat Bonggol Nanas Ternyata Dahsyat, Begini Resep Herbal dr. Zaidul Akbar

"Ikan asin sangat berbahaya bagi kesehatan bila terlalu sering dikonsumsi," kata dr. Ema Surya Pertiwi.

Tak dimungkiri, ikan asin merupakan menu makanan yang sering dikonsumsi masyarakat Indonesia. Selain rasanya enak, harganya juga cukup terjangkau.

BACA JUGA:  Manfaat Buah Lezat ini Ternyata Sangat Dahsyat, Berikut Resep dr. Zaidul Akbar

Seperti diketahui, pada dasarnya ikan segar lebih tinggi akan protein dan punya manfaat lebih pada tubuh. Namun, proses dari ikan segar menjadi ikan asin itu menyimpan bahaya tersembunyi yang sudah terbukti secara ilmiah.

Pasalnya, untuk menjadikan ikan segar menjadi ikan asin, memerlukan proses penggaraman agar lebih awet.

BACA JUGA:  Manfaat Daun Kelor Sangat Dahsyat, Berikut Herbal dr. Zaidul Akbar

"Jadi garam ini digunakan sebagai pengawet alami untuk menghambat dan membunuh bakteri-bakteri pembusukan pada ikan," jelas dr. Ema Surya Pertiwi.

Proses penggaraman pada ikan dilakukan dengan tiga cara, ada penggaraman kering, penggaraman basah dan kench salting.

Umumnya ikan segar akan ditimbang terlebih dahulu lalu akan diberikan garam seberat 10 hingga 15 persen dari berat ikan segar.

"Kadar garam yang cukup tinggi inilah yang tidak baik pada tubuh. Hal itu karena garam terakumulasi pada tubuh akan membuat tubuh menahan cairan untuk mengencerkan kadar natrium tersebut," ungkap dr. Ema Surya Pertiwi.

Kondisi tersebut ternyata akan meningkatkan jumlah cairan di dalam aliran darah yang menyebabkan jantung bekerja lebih ekstra untuk memompa dan mengalirkan darah ke seluruh tubuh.

"Ini menyebabkan tekanan dan aliran darah meningkat. Bila dibiarkan, beban dan tekanan tambahan ini menyebabkan pembuluh darah kaku," ujar dr. Ema Surya Pertiwi.

"Jika terus-menerus terjadi, ini dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, hipertensi, serangan jantung, stroke bahkan gagal jantung dan penyakit ginjal kronis," sambungnya.

Hal itu diarenakan natrium yang berlebih pada tubuh akan membuat ginjal bekerja lebih ekstra untuk menyaring kadar natrium tersebut.

"Makanya ikan asin tidak disarankan dikonsumsi berlebihan pada penderita hipertensi, stroke atau bahkan yang punya masalah pada ginjal," beber dr. Ema Surya Pertiwi.

Dalam prosesnya, setelah dilakukan penggaraman, ikan asin biasanya dijemur, dikeringkan, atau bahkan diasap-asap.

"Pada proses penjemuran ini akan ada perubahan pada sel-sel daging ikan. Sehingga memunculkan salah satu bahan karsinogenik yaitu nitrosamine. Nitrosamine inilah yang menyebabkan kanker pada penderitanya," ungkap dr. Ema Surya Pertiwi.

Kanker yang paling sering disebabkan oleh ikan asin adalah kanker karsinoma nasofaring atau KRS.

Hal tersebut karena biasanya makan ikan asin dengan nasi panas-panas.

"Jadi nitrosamin pada ikan asin itu akan terbawa melalui uap nasi panas yang biasa terkena esofagus, dinding-dinding tenggorokan, bahkan hingga lambung," jelas dr. Ema Surya Pertiwi.

Apalagi, jika kebiasaan makan ikan asin itu dikombinasikan dengan kebiasaan merokok.

Merokok juga mengandung nitrosamin, uapnya dapat masuk ke nasofaring dan adanya infeksi epstein bar virus di mana virus ini merupakan virus yang dapat menular melalui air liur.

"Dengan gejala demam, sakit tenggorokan, bahkan ada radang kelenjar getah bening di leher itu dapat meningkatkan risiko munculnya kanker nasofaring," ungkapnya.

Tidak hanya itu, biasanya banyak pedagang-pedagang nakal yang memberikan zat pengawet tambahan, seperti formalin pada ikan asin agar tidak gampang busuk.

Formalin ini juga dapat meningkatkan risiko penyakit berbahaya pada tubuh.

"Ciri-ciri ikan berformalin itu tidak rusak sampai lebih dari satu bulan pada suhu normal, tampak bersih dan cerah warnanya. Tidak berbau khas ikan asin. Dikipas-kipas tidak ada bau amis-amis, bahkan digoreng pun tidak bau satu rumah. Tekstur ikan keras tapi bagian dalamnya masih basah serta tidak dikerubungi lalat dan baunya hampir netral sama sekali," beber dr. Ema Surya Pertiwi.

Tanpa bau, warna cerah, tidak dikerubungi lalat, maka harus diwaspadai bahwa ikan itu ditambahkan formalin yang dapat meningkatkan risiko kanker pada tubuh.

"Sebenarnya makan ikan asin boleh saja kalau tidak sering-sering. Makan ikan asin 2 minggu atau satu bulan sekali itu masih dianggap wajar dan normal pada tubuh," kata dr. Ema Surya Pertiwi.

Namun, jika mengonsumsi ikan asin lebih dari 3 kali seminggu, maka itu akan meningkatkan risiko munculnya kanker pada tubuh.

"Makanya sangat-sangat disarankan untuk memerhatikan apa yang dimakan, sehingga dapat menjaga kesehatan lebih optimal lagi," ujar dr. Ema Surya Pertiwi. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Tommy Ardyan

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co