GenPI.co - Pada dermatitis atopik (DA) yang disertai rasa gatal parah, pasien mungkin juga mengalami gangguan tidur dan tekanan mental lainnya.
Bukan hanya rasa tidak nyaman akibat rasa gatal yang mengganggu tidur, namun molekul inflamasi yang terkait dengan lesi bersirkulasi secara sistemik, melewati sawar darah-otak, dan menimbulkan gangguan tidur melalui mekanisme otak.
Hal sebaliknya juga terjadi: Gangguan tidur dapat memperburuk DA dengan mengganggu sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan stres oksidatif.
Ketika kita tidak bisa tidur cukup atau mengalami kualitas tidur yang buruk, hal itu dianggap sebagai gangguan tidur.
Gangguan tidur, seperti insomnia, sleep apnea, dan penyakit Willis-Ekbom (juga dikenal sebagai sindrom kaki gelisah), dapat berdampak signifikan terhadap kesehatan fisik dan mental.
Kurang tidur menyebabkan kecemasan, depresi, kesusahan, dan masalah suasana hati lainnya. Telah terbukti bahwa tidur kurang dari lima jam dikaitkan dengan peningkatan semua penyebab kematian dan, khususnya, morbiditas kardiovaskular.
Seperti kebanyakan gangguan kronis, etiologi gangguan tidur melibatkan interaksi gen dan faktor lingkungan.
Insomnia dan jenis gangguan tidur lainnya sangat umum terjadi pada masyarakat umum. Pandemi covid-19 memperburuk masalah tidur bagi siapa pun.
Menurut Sleep Foundation, 52 persen orang dengan covid-19 mengalami jenis insomnia yang dikenal sebagai "covidsomnia."
Insomnia bisa disebabkan oleh beberapa kebiasaan perilaku, seperti jadwal kerja yang tidak teratur dan begadang di malam hari.
Salah satu penyebab paling umum dari insomnia kronis saat ini adalah cahaya biru yang dipancarkan dari layar perangkat elektronik seperti laptop, TV, dan smartphone.
Cahaya biru mengganggu ritme normal siang/malam, atau sirkadian tubuh. Ritme sirkadian mengatur banyak proses biologis seperti siklus tidur/bangun, nafsu makan, pelepasan hormon, metabolisme, respons imun, dan banyak lagi. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News