GenPI.co - Sakit maag, juga dikenal sebagai tukak lambung, adalah luka menyakitkan yang timbul di lapisan lambung atau usus kecil.
Infeksi bakteri, penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) jangka panjang, penggunaan alkohol dalam jumlah besar, dan merokok dapat menyebabkan gejala-gejala ini.
Tukak lambung sering kali terbentuk di duodenum atau jalur pelindung lambung.
Namun, kebiasaan tertentu setiap hari dapat meningkatkan kemungkinan terkena sakit maag.
Dilansir Times of India, berikut kebiasaan sehari-hari yang harus diwaspadai masyarakat untuk melindungi kesehatan pencernaan.
Melewatkan waktu makan atau memperpanjang puasa dapat mengganggu keseimbangan sekresi asam lambung dan proses pencernaan di lambung.
Melewatkan waktu makan menyebabkan perut kosong lebih lama, sehingga menyebabkan lambung memproduksi terlalu banyak asam.
Peningkatan keasaman ini berpotensi merusak lapisan pelindung mukosa lambung sehingga membuat kemungkinan terbentuknya maag lebih besar.
Penting untuk memiliki waktu makan yang teratur untuk memastikan gaya hidup sehat.
Mangesh Borkar, Konsultan - Ahli Gastroenterologi Medis, Rumah Sakit Manipal, Kharadi, Pune berkata, meskipun makanan pedas dapat meningkatkan cita rasa makanan, makanan pedas juga dapat memperburuk masalah perut atau bahkan menyebabkan maag.
Makanan pedas dapat memicu rasa sakit atau tidak nyaman karena mengandung zat seperti capsaicin yang dapat mengiritasi lapisan lambung dan mendorong produksi asam lambung.
Kurangi makan makanan pedas jika rentan terhadap masalah perut atau memiliki riwayat maag. Ini mengurangi kemungkinan peningkatan gejala.
Banyak orang bergantung pada kopi untuk menjalani pagi hari atau untuk menjaga perhatian mereka saat bekerja.
Di sisi lain, mengonsumsi terlalu banyak kafein, yang terdapat dalam teh, kopi, minuman berenergi, dan beberapa obat dapat menyebabkan lambung memproduksi tingkat asam yang lebih tinggi.
Lapisan pelindung lambung bisa rusak karena kelebihan asam ini, sehingga meningkatkan risiko pertumbuhan maag.
Memilih minuman tanpa kafein dan mengurangi asupan kafein dapat membantu mengurangi risiko ini. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News