Kudeta Bisa Dibuat Patah, Moeldoko Tetap Kena Sindir AHY

GenPI.co - KSP Moeldoko benar-benar habis. Gagal mengudeta AHY dari kursi ketum Partai Demokrat membuatnya kena sindir Pangeran Cikeas.

Sindiran AHY ke Moeldoko halus. Tapi terasa sangat telak saat diucapkan. Menurutnya pertarungan dengan kubu pimpinan Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko melalui KLB itu dinilai sebagai ujian besar Partai.

BACA JUGA: Bilang Mau Tiduri Istri Kru Nanggala 402, Nggak Tahunya... 

“Seorang pelaut yang tangguh tidak akan lahir dari laut yang tenang, tapi melalui gelombang yang keras,” tegas AHY.

Untuk diketahui, dualisme kepengurusan di Partai Demokrat itu hingga sekarang masih berlanjut ke persidangan.

Kubu Moeldoko menggugat keabsahan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) hasil Kongres Partai Demokrat 2020 yang dibentuk kubu AHY.

Sementara itu, kubu AHY mendaftarkan logo dan merek partai ke Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham).

Kubu AHY juga menyomasi kubu Moeldoko yang masih bergerak mengatasnamakan Partai Demokrat.

AHY pun mengaku memetik hikmah besar dari KLB Sumut. Hikmah yang dimaksud AHY itu peristiwa penggulingan atau kudeta kursi Ketum Demokrat yang dilakukan Moeldoko dkk.

Menurut AHY, usai peristiwa itu kader Demokrtat tambah semakin solid. “Saat itu kita punya musuh bersama. Ketika ada musuh dari luar, kita bersatu. Tapi kita bisa melaluinya, ada hikmah besar kita tambah solid,” ungkapnya dalam keterangan kepada wartawan, Senin (26/4/2021).

Lebih lanjut, putra bungsu Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu menyebut mendapat dukungan penuh dari seluruh kader di tengah dualisme kepengurusan partai.

BACA JUGA: Pengumuman Penting! Moeldoko Akhirnya Jadi Ketua Umum

Menurut AHY, hal itu tambah memperkokoh partai berlambang bintang mercy itu.

“Ada spirit yang membara untuk bisa mempertahankan kedaulatan partai,” ucap mantan calon Gubernur DKI Jakarta pada Pilgub 2017 itu.

AHY menganggap KLB menjadi tantangannya untuk memimpin Demokrat semakin ke depan. (*)