GenPI.co - Pengamat Politik Pangi Syarwi Chaniago menilai aturan presidential threshold dapat mematikan talenta tokoh dan calon pemimpin yang berpotensi menjadi sosok RI 1 .
Menurutnya, aturan presidential threshold ini hanya menyisakan ruang permainan yang berputar-putar pada permainan tingkat partai papan atas sebagai otoritas pemegang kendali.
“Jadi, pemberian tiket pencapresan pada siapa diinginkan melalui lobi-lobi politik belakang layar. Publik hanya menjadi penonton dan dipaksa memilih pada pilihan yang terbatas,” ujarnya kepada GenPI.co, Senin (31/5).
Pangi juga mengatakan bahwa pemegang kunci otoritas tiket partai menjadi satu satunya patokan.
Sehingga, elektabilitas racikan elektoral yang tinggi seakan-akan tidak berguna.
“Jika merujuk pada pemilu sebelumnya, sudah dapat dipastikan otoritas tiket hanya akan dimonopoli partai-partai papan atas,” imbuhnya.
Oleh sebab itu, menurutnya, nama-nama presiden potensial yang selalu menghiasi lembaga survei hanya akan menjadi pajangan saja sebelum pesta politik 2024 dimulai.
“Saya ingin katakan begini, elektabilitas itu bukan kunci untuk mendapatkan tiket pencapresan. Silahkan Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, Ridwan Kamil tinggi elektabilitasnya,” ujarnya.
Pangi juga menilai elektabilitas dan popularitas terkadang tak punya korelasi linear terhadap proses pencapresan.
Oleh sebab itu, menurut Pangi presidential threshold 20 persen tidak berguna.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News