GenPI.co - Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu’ti menilai ulah para politisi ikan lele memperburuk dampak sosial dan ekonomi akibat pandemi covid-19
Menurutnya, istilah politisi kan lele merupakan ungkapan yang dipinjamnya dari Buya Syafii Maarif yang ditujukan kepada mereka yang senang tampil untuk memperkeruh suasana dan mengadu domba.
Abdul Mu'ti mengatakan bahwa politisi ikan lele adalah sebutan untuk orang yang pikirannya selalu mengaitkan berbagai keadaan yang terjadi dengan politik alias dipolitisasi.
“Saya menyebut politisi ini tidak selalu mereka yang menjadi pengurus partai politik, tetapi orang yang pikirannya selalu mengaitkan berbagai keadaan itu dengan politik," ujarnya di Jakarta, Rabu (5/8).
Menurutnya jika saat ini banyak pihak yang memanfaatkan situasi dengan menciptakan kegaduhan bahkan adu domba.
“Politisi Ikan Lele itu adalah politisi yang semakin keruh airnya, maka dia itu semakin menikmati kehidupannya," katanya.
Sehingga, lanjutnya, sekarang ini banyak sekali orang yang berusaha memancing di air keruh, tapi juga memperkeruh suasana.
Umumnya, ‘Politisi Ikan Lele’ adalah mereka yang bersikap partisan dan menggunakan popularitasnya sebagai pendengung.
Abdul Mu’ti mengatakan bahwa Muhammadiyah tidak ingin masyarakat Indonesia terseret arus dari tindakan tidak bertanggung jawab para politisi ikan lele.
“Nah Muhammadiyah tidak ingin keadaan negeri makin terpuruk dan juga tidak ingin pandemi Covid-19 ini menjadikan kita sebagai bangsa yang sakit secara jasmani maupun sosial,” pungkasnya. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News