GenPI.co - Banyak partai politik di Indonesia disebut memberi banyak keuntungan. Direktur Eksekutif Lembaga Survei KedaiKopi Kunto Adi Wibowo memberi tanggapan soal ini.
Beberapa partai tersebut adalah Partai Ummat gubahan Amien Rais dan Partai Gelora yang dibentuk Anis Matta dan Fahri Hamzah.
Selain itu, ada pula PSI yang dibangun Grace Natalie, dan Partai Buruh yang baru-baru ini dideklarasikan ulang Said Iqbal.
"Keuntungannya jelas banyak. Publik jadi punya pilihan dan potensi masyarakat untuk terwakili oleh gagasan yang dibawa oleh salah satu visi misi partai semakin besar," ujar Kunto kepada GenPI.co, Senin (11/10).
Oleh sebab itu, menurut Kunto, pemilih jadi benar-benar memiliki pilihan mantap yang telah dipikirkan dan rasakan untuk dijagokan.
"Kedua, pasar kebebasan ide membuat pertarungan atar partai menguntungkan para pemilih," katanya.
Kendati demikian, menurutnya, partai yang semakin banyak itu membuat persaingan semakin ketat.
"Jadi, partai-partai ini harus bisa merebut perhatian para pemilih. Sehingga, mereka menjadi berkompetisi untuk melakukan sebaik-baiknya agar mendapatkan hati para pemilih," tuturnya.
Dirinya juga menilai dengan banyaknya partai, orang jadi mudah untuk memilih dan demokrasi menjadi semakin maju secara teori.
"Banyak ahli juga mendorong agar partai tidak dibatasi dan harus bisa tumbuh secara alami. Sangat mungkin kalau partai-partai baru bisa mengakomodir suara jika platform partai-partai lama tidak seperti yang diharapkan," tuturnya.
Akan tetapi, menurut Kunto, ada pula kerugian dari banyaknya partai politik yang menurut saya penting.
"Semakin banyak partai akan semakin membingungkan para pemilih," ujar Kunto.
Bahkan, menurutnya informasi yang ada juga tetap akan membingungkan pemilih karena masyarakat memiliki terlalu banyak pilihan.
"Karena pemilih itu harus mencari informasi yang banyak terkait platform partai-partai ini," katanya
Menurutnya, hal tersebut akan membuat masyarakat kebingungan. Sehingga, publik akan memilih dengan asal atau berdasarkan pengetahuan yang minim saja.
"Pada akhirnya, pemilih bisa jadi akan menggunakan pertanda yang mudah tau nyaman dikenali saja untuk memilih, contohnya seperti tokoh atau figur bahkan sekadar gambar partai," tandasnya. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News