GenPI.co - Pengamat pariwisata Taufan Rahmadi memberikan sejumlah kritik terkait penutupan sejumlah destinasi wisata jelang libur Natal dan tahun baru (Nataru).
Penutupan itu imbas dari rencana diberlakukannya kembali pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level tiga saat Nataru.
Taufan meminta kebijakan itu dievaluasi.
"Ini akan memukul industri pariwisata meski seminggu atau dua minggu, tetapi sebagai PR pariwisata menurut saya harus ditinjau ulang," kata Taufan kepada GenPI.co, Jumat (3/12).
Menurutnya, di momen Nataru ini, pemerintah harusnya melakukan sosialisasi dan fokus terhadap trial and error konsep hidup berdampingan dengan covid-19.
Misalnya, destinasi wisata pantai bisa tetap buka, tetapi dengan aturan ketat.
"Biar gak terlalu ramai ya difilter, kapasitas yang tadinya 1.000 jadi 500, mau masuk pantai harus nunjukin vaksin serta Peduli Lindungi dan sebagainya," katanya.
Konsep menyaring wisatawan ini juga bisa diberlakukan ke destinasi lain.
Menurutnya, solusi dalam menghadapi ancaman covid-19 bukan dengan ditutup semua destinasi wisata.
Akan tetapi, dengan mencari solusi, yakni dibatasi jumlahnya dan diperketat prokes.
Jadi, komunikasi publik yang dibangun harusnya bukan destinasi ditutup, melainkan dibatasi.
"Jadilah prosedur A,B,C,D dan menyesuaikan gaya hidup berdampingan dengan covid-19," katanya.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News