GenPI.co - Kunjungan Presiden Joko Widodo atau Jokowi ke Nusa Tenggara Timur (NTT) pada Selasa (24/2) menjadi perbincangan publik.
Sebab, kehadiran Jokowi saat berada di Maumere itu disambut oleh banyak orang dan menimbulkan kerumunan massa.
BACA JUGA: Emrus: Ribka Tjiptaning Harus Diisolasi Jika Menolak Vaksin
Menanggapi hal itu, pakar komunikasi Emrus Sihombing mengatakan bahwa seharusnya kejadian tersebut bisa diprediksi sebelum kejadian, jika Tim Komunikasi Presiden dari para komunikolog dan mereka berfungsi sekaligus penasihat presiden di bidang komunikasi.
"Dengan demikian, Tim Komunikasi Presiden mampu memperkirakan kemungkinan terjadinya kerumunan warga," kata Emrus, Kamis (25/2).
Dia menjelaskan, atas dasar perkiraan tersebut Tim Komunikasi Presiden harus, bahkan mutlak memberi pandangan dan nasihat kepada Presiden agar tidak lewat dari jalur tersebut atau memberi alternatif lain dengan menumpang Helikopter.
"Jadi, Tim Komunikasi Presiden tidak boleh berperilaku seperti, 'ada perintah', 'ada petunjuk', 'ada arahan' dan sejenisnya dalam konteks 'membeo' dalam rangka mengelola opini publik dan keberadaan presiden dalam wacana publik," jelasnya.
BACA JUGA: Emrus Sihombing Kritik Menteri Kominfo yang Bukan Komunikolog
Menurutnya, jika ada di Tim Komunikasi Presiden berperilaku "membeo", harus segera dievaluasi untuk direposisi, karena sangat berpotensi mengganggu pengelolaan komunikasi kepresidenan.
Oleh karena itu, Tim Komunikasi Presiden itu harus melakukan fungsi komunikasi dengan cepat, tepat, prediktif, dan punya nyali memberi nasihat kepada Presiden, tetapi dengan komunikasi asertif (menyampaikan pesan dengan menjaga perasaan orang lain).
"Posisi Tim Komunikasi Presiden selalu melekat dan bersama Presiden," tegasnya.
Emrus mengatakan, fungsi tersebut akan berjalan dengan baik, jika Tim Komunikasi Presiden dari para Komunikolog, yang paham betul konsep, teori, dan dampak sebuah tindakan sebagai simbol komunikasi.
Menurutnya, sebagai seorang ilmuwan komunikasi, dengan kapabilitas dan profesionalitasnya, para Komunikolog dengan otoritas keilmuan yang dimilikinya dapat memprediksi kejadian dan efek komunikasi dari kemungkinan sebuah tindakan sebagai lambang verbal dan non verbal dari pesan komunikasi.
"Untuk itu, saya menyarankan kepada Presiden, Tim Komunikasi Presiden sejatinya dari para Komunikolog," jelasnya. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News