Ade Sebut Wacana Daerah Istimewa Minangkabau itu Mengada-ada

17 Maret 2021 16:55

GenPI.co - Pakar komunikasi Ade Armando menilai bahwa argumen para penggagas wacana Daerah Istimewa Minangkabau  sangat mengada-ada.

Padahal, salah satu penggagasnya adalah Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Sultan Bachtiar Najamudin.

BACA JUGA: Gawat, Jika Sumbar Jadi Daerah Istimewa Minangk Kabau Maka....

“Dia bilang bahwa Sumatra Barat pantas jadi daerah istimewa karena memiliki peran strategis dalam perjuangan kemerdekaan. Sebagai contoh, dia bilang Bukit Tinggi pernah menjadi ibukota Pemerintahan Darurat RI,” katanya dalam video di kanal YouTube CokroTV, Senin (15/3).

Selain itu, Najamudin juga mengatakan bahwa ada 15 tokoh minang yang diangkat menjadi pahlawan nasional, seperti Tan Malaka, Sutan Syahrir, H. Agus Salim, Tuanku Imam Bonjol, dan lain sebagainya.

Selain peran Sumatera Barat dalam kemerdekaan Indonesia, Najamudin juga menekankan soal kekhasan budaya Minang.

“Menurutnya, masyarakat Minangkabau masih mempertahankan nilai, budaya, dan sistem adat yang khusus. Katanya, dengan jadi daerah istimewa,

Sumbar bisa menjadi simbol kearifan budaya Indonesia,” ungkap Ade.

BACA JUGA: Hakim Cecar Soal Refly Harun, Gus Nur Langsung Blak-blakan

Akademisi Universitas Indonesia itu merasa bahwa semua yang dikatakan Najmudin aneh dan sangat tidak relevan. 

Ade menyatakan bahwa peran orang Minang dalam sejarah Indonesia tidak serta merta harus dihargai lewat pembentukan daerah istimewa.

“Saya sendiri orang Minang Kabau dan saya malu. Sebab, setiap daerah di Indonesia punya peran besar dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Peran tersebut tentu akan dicatat dengan tinta emas dalam sejarah Indonesia,” paparnya.

Oleh karena itu, Ade mengungkapkan bahwa hal yang paling penting untuk dilakukan adalah melanjutkan peran, pemikiran, dan sumbangan para tokoh besar tersebut dalam membangun Indonesia.

Ade memaparkan bahwa tokoh-tokoh Minang yang disebut itu mewakili spektrum ideologi yang sangat luas. 

Misalnya, Tan Malaka yang marxis, Syahrir yang sosialis, Agus Salim yang Islam progresif, Hatta yang Nasionalis-Religius, serta Rasuna Said yang memperjuangkan kesetaraan gender.

“Mereka semua berpikiran terbuka dan mencintai Indonesia sebagai tanah air yang satu,” tegasnya.

BACA JUGA: Soal Haji, Arab Saudi Beri Kabar Baik! Indonesia Bakal Terima....

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Paskalis Yuri Alfred

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co