GenPI.co - Pengamat politik Rocky Gerung menilai bahwa pandangan masyarakat dalam melihat aksi terorisme bergeser dari yang awalnya hanya disebut kegiatan kelompok, kini menjadi berlandaskan agama.
Padahal, aksi-aksi terorisme yang terjadi justru berlandaskan pada motivasi para pelaku secara individu untuk mendapatkan atensi publik.
“Para pelaku ingin tiap rangkaian peristiwa itu memiliki keterkaitan. Padahal, sebenarnya itu hanya kegiatan individu saja,” ujarnya dalam video di kanal YouTube Rocky Gerung Official, Kamis (1/4).
BACA JUGA: Menilik Strategi Terorisme Lone Wolf JAD, Menegangkan!
Rocky bahkan menegaskan tak jarang para pelaku terorisme sebenarnya merasa frustasi dan nekat melakukan aksi dengan harapan akan ada masyarakat yang mengkait aksi itu dengan peristiwa-peristiwa sebelumnya.
“Nah, connecting dots itu dikoneksikan oleh buzzer dan dianalisis seolah-olah itu konspirasi dan segala macam,” katanya.
Analisis-analisis konspirasi itu yang menyebabkan konteks individu menjadi hilang dan seolah-olah tindakan tersebut dilandaskan oleh ajaran agama.
“Ayat-ayat ditampil-tampilkan lagi. Padahal, dunia sudah tak melihat itu lagi. Jadi, teorisasi kita pun ketinggalan zaman,” jelasnya.
Akademisi itu memaparkan bahwa imajinasi masyarakat Indonesia terhadap terorisme merupakan gambaran dari dua dekade yang lalu.
“Kita masih selalu anggap masih ada satu kelompok yang terorganisasi. Trus kita cari kaitan, oh ini dengan Manila, ini dengan JAD, dan lain-lain,” paparnya.
BACA JUGA: Soroti Aksi Terorisme, Deddy Corbuzier: Radikalisme Harus Dilawan
Filsuf itu menegaskan bahwa teorisasi tersebut bisa dilakukan dalam kajian akademis, tapi tak boleh digunakan oleh komentator publik.
“Para peneliti akhirnya menganggap orang-orang di media massa tidak tahu kalau ada perubahan setting dalam benak psikologi pelaku terorisme itu,” tuturnya.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News