Kubu Moeldoko Makin Gelap Mata, Semua Borok SBY Dikupas Habis

03 April 2021 06:40

GenPI.co - Setelah kubu Moeldoko gagal mendongkel Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dari posisi Ketua Umum Partai Demokrat (PD) dengan cara kongres luar biasa (KLB). Kini, berbagai cara dilakukan kubu Moeldoko untuk membuat malu dan membongkar borok Partai Demokrat, AHY, hingga Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) 

Ketua Departemen Komunikasi dan Informatika Partai Demokrat versi KLB Moeldoko, Saiful Huda Ems blak-blakan meminta, SBY mendatangi satu persatu orang-orang yang pernah dibohongi dan dituduh-tuduhkan tanpa bukti.

BACA JUGA: Taktik Maut Moeldoko Tak Direstui Jokowi, Akibatnya Ini...

"Itu bisa dimulai SBY dengan mendatangi dan mencium tangan Ibu Megawati Soekarnoputri, Prof. Subur Budi Santoso, Pak Joko Widodo (Jokowi) dan Pak Yasonna Laoly," jelas Saiful Huda kepada wartawan, Jumat (2/4).

Saiful Huda pun mengutip sebuah media nasional, waktu SBY masih menjadi Menkopolkam di Kabinet Megawati, SBY pernah menyatakan di hadapan Presiden Megawati, bahwa ia sama sekali tidak terlibat dalam pendirian Partai Demokrat.

Namun, ternyata dalam AD/ART Partai Demokrat Tahun 2020, SBY malah mencantumkan nama dirinya sendiri bersama Ventje Rumangkang sebagai pendiri Partai Demokrat.

"Pernyataan SBY yang seperti itu, bukan hanya membohongi Presiden Megawati Soekarnoputri, melainkan pula telah membohongi rakyat dan seluruh kader Partai Demokrat pada khususnya," bebernya.

BACA JUGA: Pentolan Kubu Moeldoko Mengakui Kalah, AHY Harus Siap-Siap Ini

Menariknya menurut Saiful Huda, dari 99 nama pendiri Partai Demokrat, tak satupun ada nama SBY di sana. 

Selain itu, dalam AD/ART Partai Demokrat 2020 karangan SBY, hanya disebut nama SBY dan Ventje Rumangkang sebagai pendiri Partai Demokrat, padahal Pak Ventje Rumangkang itu sudah meninggal dunia.

"Ini artinya SBY ingin mengukuhkan dirinya sendiri sebagai satu-satunya pendiri Partai Demokrat yang sebenarnya bohong atau di luar fakta sejarah," ungkapnya.

Saiful Huda membeber, mengapa nama Prof. Subur Budi Santoso yang masih hidup tidak dimasukkan namanya sebagai pendiri Partai Demokrat, padahal Prof. Subur lah nomer urut pertama pendiri dan deklarator Partai Demokrat sesuai dengan Akta Notaris sejarah berdirinya Partai Demokrat.

"Prof. Subur pulalah yang menjadi Ketua Umum pertama Partai Demokrat yang mengantarkan SBY mendatangi KPU dan menandatangani pengajuan SBY sebagai Calon Presiden RI Olehnya, menghilangkan nama dan jasa Prof. Subur berarti SBY berkhianat pada perjuangan orang-orang yang berjasa padanya, dan berjasa pada Partai Demokrat yang telah didirikan dan dideklarasikannya," jelas Saiful Huda.

Tak hanya itu, Saiful Huda juga mengungkapkan, berulang kali SBY dan anaknya telah menuduh Pemerintahan Jokowi berada di balik rekayasa keributan internal Partai Demokrat.

"SBY dan AHY mengolok-olok Pemerintahan Jokowi sebagai pembegal demokrasi, karena dituduhnya telah ikut intervensi diselenggarakannya KLB Partai Demokrat di Sibolangit," bebernya.

Atas tuduhan demi tuduhan SBY terhadap Pemerintahan Jokowi khususnya kepada Menteri Hukum dan HAM RI, Yasonna Laoly dan Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko itulah, yang menjadikan Yasonna Laoly sempat kesal pada pihak SBY yang terus menudingnya.

"Sebab Pemerintah awalnya sama sekali tidak tahu menahu soal kemelut internal Partai Demokrat yang berujung dengan KLB di Sibolangit ini," jelas Saiful Huda.

Namun, setelah Kemenkumham menolak pengesahan pengurus Partai Demokrat hasil KLB Deliserdang, SBY dan AHY memuji-muji setinggi langit Presiden Jokowi, Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly dan Menko Polhukam Mahfud MD.

"Pujian setinggi langit yang tampak hanya basa-basi, karena tidak disertai permintaan maaf apalagi cium tangan Pak Jokowi dan Pak Yasonna Laoly yang sebelumnya SBY dan AHY hujat setengah mati," ujarnya.

Atas dasar semua itu, pihaknya mengaku berpikir dan menyerukan agar SBY dan anak-anaknya segera mendatangi Presiden Jokowi, mendatangi Ibu Megawati, Prof. Subur, Pak Yasonna dan lain-lain untuk meminta maaf dan mencium tangannya. 

"Pak Jokowi saja yang tidak bersalah apa-apa selalu menundukkan wajahnya di hadapan SBY dan para sesepuh tokoh negara, masak Pak SBY yang berlumuran dosa tidak mau meminta maaf dan mencium tangan Pak Jokowi dan lain-lainnya yang kami sebut di atas," jelas Saiful Huda.

Pihaknya ingin mengingatkan dan mengimbau kepada seluruh loyalis SBY dimanapun berada, agar berhenti mendukung SBY dan AHY sebelum menjadi korban penghianatan SBY berikutnya.

"Kita semua sudah belajar bagaimana orang-orang dekat SBY yang baik dan dahulu berkorban untuk menyukseskan Pak SBY dan Partai Demokrat pada akhirnya dikorbankan semua," kata Saiful Huda.

"Dikhianati semua jerih payah keringat-keringat perjuangan dan harta bendanya, apalagi kalian yang mendukung SBY dari jauh dan tidak memiliki riwayat pengorbanan mendukung SBY, pastinya kalian akan berpotensi untuk dikorbankan pula oleh SBY di kemudian hari," tambahnya.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Tommy Ardyan

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co