GenPI.co - Ketua Umum Dewan Nasional Pergerakan Indonesia Maju (DN-PIM) Din Syamsuddin blak-blakan. Urusan teror dikupasnya habis. Isinya ternyata OMG!
Cerita Din dimulai dari aksi teror menara kembar Amerika Serikat (AS). Din mengatakan, sejak peristiwa aksi teror di menara kembar, ada penghimpitan atau penunggangan aksi-aksi teror itu oleh kelompok-kelompok yang sebenarnya bertujuan politik.
BACA JUGA: Dewa Perang China Dekati Jepang, Kiamat Siap Ditebar
“Saya selalu mengatakan kesalahan fatal dari Presiden Bush yang waktu itu didukung oleh Tony Blair, dan juga Australia yaitu melakukan atribusi penisbatan aksi teror terhadap Islam,” ungkapnya.
Generalisasi kemudian terjadi. Islam dianggap sangat berbahaya. Seolah-olah seluruh umat Islam adalah radikal dan teroris
Selain itu, ada stigmatisasi suatu agama, terutama oleh pers di dunia barat. “Ini yang kemudian berubah bergeser. Saya amati, ada kegamangan di dunia barat sana untuk mengidentifikasi siapa kelompok ini,” katanya.
Penyebab teror, menurut dia, ada kaitannya dengan kesalahan dalam memahami agama itu sendiri.
Ada juga non keagamaan dan faktor internasional. “Pertama, ada faktor keagamaan yaitu pemahaman yang salah atau gagal paham terhadap agama,” ujarnya, Selasa (6/4).
Ada ayat-ayat kitab suci yang kemudian dipelintir sehingga agama dalam konteks terorisme ini disalahgunakan
Din tegas mengatakan hampir semua agama selalu ada kelompok yang menyalahgunakan agama tersebut.
“Dan maaf saya harus katakan, di semua agama selalu ada kelompok yang menyalahgunakan agama untuk tujuan kekerasan atau terorisme,” ucapnya.
BACA JUGA: Siluman China Menggetarkan Angkasa, Amerika Bisa Mati Gaya
Faktor lain yang tak kalah kuatnya adalah non agama. Yakni, sosial, ekonomi, politik, yang terutama menyangkut dimensi ketidakadilan.
Menurut dia, faktor ini kerap dijadikan latarbelakang pelaku untuk melakukan teror sebagai sebuah pembenaran.
Sementara untuk internasional, contohnya bisa berkaca dari kasus Amerika di atas. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News