GenPI.co - Mantan Sekretaris Umum Front Pembela Islam (FPI) Munarman akhirnya membeber terkait video viral kehadiran dirinya di acara baiat anggota ISIS di Makassar. Kini, pihak kepolisian pun diduga telah mengincar anak buah Habib Rizieq Shihab ini.
Hal tersebut diungkapkan Munarman saat berbincang dalam kanal YouTube Najwa Shihab, Jumat (9/4).
BACA JUGA: Di Pengadilan Habib Rizieq Bongkar Fakta 2 Tokoh Terkenal, Kaget
Awalnya, Munarman menjelaskan kronologi kedatangannya di sebuah seminar di Makassar. Dia pun mengaku saat itu mengisi seminar di Makassar menerangkan soal bahaya terorisme.
Namun, Najwa Shihab menunjukkan video yang memperlihatkan Munarman hadir dalam baiat kelompok yang terafiliasi dengan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).
Menurut Munarman, ia mengaku hanya diundang FPI Makassar dalam seminar, dan tidak tahu ada agenda hari kedua di acara tersebut.
Selain itu, ia mengatakan kebetulan pesawat yang ia pesan akan kembali ke Jakarta keesokan harinya. Sehingga ia memutuskan datang di acara tersebut.
BACA JUGA: Nasib Munarman Eks FPI di Ujung Tanduk, Jadi Target Polisi
"Saya tidak tahu ada agenda pembaiatan, karena saya diundang di Kota Makassar. Karena tiket saya besoknya baru pulang dan itu pun siang, mereka menawarkan besok masih ada lagi," tegas Munarman.
Lantas rasa penasaran Najwa Shihab pun muncul dan menanyakan apakah Munarman pernah dipanggil polisi terkait video viral tersebut.
"Anda menyampaikan klarifikasi ini ke polisi? Sempat dipanggil tidak?" tanya Najwa Shihab.
Mendengar pertanyaan tersebut, tampaknya membuat Munarman tak suka.
"Perbuatan saya diundang apakah perbuatan pidana? Kenapa saya harus klarifikasi? Itu dulu," jelas Munarman.
Merasa penasaran dengan jawaban Munarman, Najwa Shihab lalu mengulang pertanyaannya.
"Pertanyaan saya, apakah sempat ada yang memanggil untuk klarifikasi?" tanya Najwa Shihab.
"Pertanyaan saya apakah itu kejahatan? Saya tanya, makanya, apakah itu kejahatan?" balas Munarman.
Bahkan, Munarman lantas menegaskan ia hanya memberi materi seminar tentang bagaimana anggota FPI Makassar jangan terjebak dalam terorisme.
Merasa belum mendapatkan jawaban, Najwa Shihab kembali mencecar karena merasa hanya menanyakan hal yang sederhana.
"Bang Munarman, saya bukan polisi. Saya bertanya pengalaman Anda. Apakah dipanggil? Pertanyaan saya itu," jelas Najwa Shihab.
"Makanya saya jawab, karena itu bukan kejahatan," baas Munarman.
"Pernah atau tidak? Anda tidak mau menjawab," tanya Najwa lagi.
Saking kesalnya, Munarman balik bertanya ke Najwa Shihab.
"Berarti Anda minta saya dipanggil?" jelas Munarman.
"Perlu dipanggil tidak?" tanya Najwa ke narasumber lainnya.
Melihat hal itu, Munarman menyebut pertanyaan tersebut berupaya menggiring opini terhadap dirinya.
"Jangan menggiring. Ini menggiring. Mbak Nana, dalam teori hukum itu namanya pertanyaan jebakan. Anda tidak boleh melakukan pertanyaan jebakan, itu berbahaya buat opini," beber Munarman.
"Pertanyaan saya simpel sekali, Anda pernah dipanggil atau tidak?" tanya Najwa Shihab.
Namun, pertanyaan tersebut tidak dijawab Munarman. Malahan, Munarman menilai Najwa Shihab telah melakukan provokasi.
Sementara itu, pegiat media sosial Denny Siregar mendesak aparat kepolisian untuk segera menangkap Munarman.
Pasalnya, belum tertangkapnya Munarman membuat publik memiliki persepsi liar bahwa mantan ketua umum YLBHI itu tak bisa disentuh oleh aparat penegak hukum.
"Publik berpersepsi kalau Munarman tak bisa dijangkau oleh aparat penegak hukum karena memiliki backing yang sangat kuat di belakangnya," jelas Denny Siregar dalam video di kanal YouTube CokroTV, Senin (12/4).
Denny Siregar membeberkan bahwa ada teori konspirasi yang mengatakan Munarman adalah agen ganda atau mata-mata kepolisian untuk menunjukkan orang-orang radikal di dalam tubuh FPI.
"Namun, saya kurang setuju dengan teori itu," ungkapnya.
Menurut Denny, belum tertangkapnya Munarman diakibatkan kerja polisi yang sangat hati-hati dalam mengumpulkan barang bukti.
"Indonesia ini bukan seperti Singapura yang siapa saja yang dicurigai terlibat kerusuhan bisa langsung ditangkap," beber Denny Siregar.
Denny pun menilai, Indonesia menganut sistem demokrasi, sehingga polisi masih sangat bergantung pada pengumpulan bukti yang kuat sebelum melakukan penangkapan.
"Kalau ditangkap tanpa bukti yang kuat, bisa-bisa nanti polisi yang dapat nama buruk karena menangkap orang tanpa prosedur yang benar," jelasnya.
Apalagi, banyak pihak yang suka cari panggung saat ada kasus besar terjadi di Indonesia.
"Mereka ikut ‘bernyanyi’ supaya nama mereka diingat oleh publik yang sedang mencari berita itu," kata Denny Siregar.
Meskipun demikian, Denny meyakini bahwa Munarman akan segera ditangkap oleh pihak kepolisian.
"Saya juga masih percaya dengan pihak kepolisian di republik ini," pungkasnya.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News