GenPI.co - Bisnis thrifting makin digemari masyarakat, terutama generasi muda, dalam beberapa waktu terakhir.
Bisnis tersebut dilakukan dengan berbelanja produk-produk bekas, lalu menjualnya kembali.
Keuntungan yang menggiurkan membuat bisnis thrifting dicoba banyak pihak, seperti Karizky Febri Aryanto dan temannya, Muhammad Yakub.
Pemilik Stuffering.id itu mengaku awalnya berbisnis thrifting karena dipengaruhi lingkungan, mulai teman hingga saudara.
Namun, semuanya tidak bertahan lama sehingga bisnis berhenti begitu saja.
"Awalnya, pada 2018 coba-coba untuk thrifting ke Pasar Senen, terus kebetulan lagi punya modal dan akhirnya memutuskan untuk bisnis sekalian," jelas Karizky kepada GenPI.co, Minggu (12/12).
Karizky mengaku pada awalnya senang mencari barang-barang unik hingga berbagai macam fesyen. Modal awal yang dia keluarkan sebesar Rp 500 ribu.
"Untuk penjualan sendiri tergantung kondisi barang. Kalau kondisinya tidak banyak minus, bisa dijual tinggi sampai akhirnya balik modal," kata Karizky.
Selama berjualan melalui online shop, Karizky mengaku mengalami banyak kesusahan.
Di antaranya ialah soal marketing, mencari barang, hingga bersaing dengan para pebisnis thrifting lain.
Sampai saat ini dirinya masih melakukan penjualan melalui online shop di Instagram.
“Namun, ke depannya ingin memasarkan melalui live hingga buka stand sendiri," tutur Karizky.
Karizky menjelaskan, beberapa barang thrifting yang dipasarkan berasal dari Jepang dan Korea.
Seluruh produk akan dicek lebih dahulu kualitasnya dan dicuci bersih agar pembeli merasa nyaman.
Dia pun mengaku sempat merasakan kesusahan menjalankan bisnis selama pandemi.
Meskipun demikian, dia tidak menyerah. Karizky dan koleganya tetap berjuang menghidupkan bisnisnya.
“Walau melihat banyak bisnis selama tutup, bakalan tetap usaha agar bisnis ini hidup," kata Karizky. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News