Jatuh Bangun Wira Nata Bisnis Warung Kopi, Hancur, Bangkit Lagi

07 Maret 2022 16:58

GenPI.co - Wira Nata Adi Loka harus jatuh bangun saat membuka bisnis warung kopi yang diberi nama Kopi & Kamu (Kopka).

Perjalanannya sangat berliku. Oka mengaku kali pertama membuka kedai kopi di Surabaya.

“Awalnya saya bisnis bersama teman, buka kedai kopi di kawasan Unair Surabaya,” ucap Oka kepada GenPI.co, Minggu (6/3).

BACA JUGA:  Bisnis Rental Sepeda di Pantai Indah Kapuk Menggiurkan

Namun, Oka menutup kedai kopi itu karena harus melanjutkan kuliah di Jakarta.

Semangatnya merintis usaha masih menyala. Berbekal pengalaman membuka kafe di Surabaya, Oka melakukan hal yang sama di Jakarta.

BACA JUGA:  Masih 27 Tahun, Pintya Pratesthi Bisnis Batik, Tembus Luar Negeri

“Saya membuka lagi di Jakarta dengan konsep yang sama,” tutur Oka.

Dia memutuskan berbisnis sendiri. Oka membuka Kopi Kopka di Depok, Jawa Barat.

BACA JUGA:  Meraup Cuan dari Bisnis Fashion? Intip 4 Rahasia Utamanya

“Ternyata capek buka tanpa partner meskipun ada karyawan. Urusan management harus dipegang sendiri ditambah adanya kompetitor,” bebernya.

Coffee shop milik Oka tutup sebelum pandemi virus corona (covid-19) melanda Indonesia.

Oka tidak menyerah. Dia terus memutar otak. Oka pun mendapatkan ide membuka kafe kembali.

“Waktu itu saya pikir ingin buka kafe, tetapi nggak usah besar. Biar nggak ribet. Akhirnya saya buka di GBK, Senayan,” katanya.

Namun, Oka Kembali menemui jalan terjal karena ada pemberlakukan PPKM ketat.

“Di GBK saya cuma bertahan tiga bulan, lalu saya pindah di ITC Kuningan. Berselang hari buka juga di sini (Cipete, red),” katanya.

Rintangan yang dihadapi Oka bertambah. Sebab, ada peraturan dari pemerintah yang mengharuskan mal tutup.

“Di ITC niatnya nyasar pegawai kantoran. Karena PPKM malah ada drama mal tutup, saat itu saya harus mengambil keputusan berat,” bebernya.

Dengan mengikuti aturan yang berlaku, Kedai Kopka Kopi & Kamu tetap buka walau tidak mendapatkan keuntungan.

“Pernah sehari cuma laku tiga cups. Selama beberapa bulan omzet hanya untuk membayar karyawan dan operasional,” ujar Oka.

Dia mengaku bisa mendapatkan omzet hingga Rp 1 juta-Rp 2 juta sebelum PPKM Level 4.

“Setelah pembatasan lebih ketat merosot jadi Rp 300-Rp 700 ribu,” imbuh Oka.

Saat ini Oka bisa bernapas lega. Sebab, kondisi makin kondusif sehingga usahanya pun kian berkembang.

“Alhamdulillah, sekarang sudah mulai meningkat lagi, Saya harus lebih berusaha kreatif menghasilkan produk daripada mengeluh sama regulasi,” katanya.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Ragil Ugeng Reporter: Mia Kamila

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co