GenPI.co - Cipto berulang kali jatuh bangun dalam memulai bisnis sebagai penjual bubur ayam.
Dua tahun menjajakan makanan yang biasa disantap pagi-pagi itu, jualannya malah tak laku karena minim pembeli.
Bahkan, dia mencatat pendapatannya minus karena pengeluaran yang lebih besar dari hasil jualan.
"Sampai dua tahun nggak laku sama sekali. Ya nggak ada untungnya sih rugi terus selama dua tahun," katanya dalam YouTube Kawan Dapur yang diunggah 30 Maret 2022.
Cipto kadung malu. Saat pulang ke kota asalnya, Pemalang, Jawa Tengah, dia sempat ragu-ragu karena bisnisnya gagal total.
Akan tetapi, respons keluarga berkata lain. Dia mendapati keluarga tetap menyemangatinya.
Modal tak ada, Cipto kembali memutar otak. Dia meyakinkan istri untuk menggadai sementara perhiasannya.
Sang mertua juga tampak prihatin atas nasib menantu. Alhasil, kalung perhiasan juga dijual untuk menambahkan modal Cipto.
"(Cari modal, red) gadein kalung mertua terus juga motor, minta sama orang tua juga," ujarnya.
Setelah modal terkumpul, Cipto kembali ke Semarang, tepatnya di Sarirejo, Semarang Tim untuk memulai kembali usahanya.
Setelah menetap empat tahun di sana, Cipto akhirnya menangguk keuntungan besar. Bisnis jualan bubur ayamnya moncer.
Setelah berjuang selama empat tahun, dia mulai melunasi segala utangnya.
Penjualan yang stabil juga membuat Cipto bisa membeli rumah untuk keluarganya.
"Pelan-pelan bisa beli rumah, bisa beli sawah, terus juga bisa beli mobil," ucapnya.
Cipto berjualan mulai pukul 06:00 WIB dan buburnya ludes sekitar 10:00 WIB.
Dia menjual seporsi buburnya seharga Rp 10.000. Jika ingin ditambah separuh telur bacem menjadi Rp 13.000.
Seporsi bubur dengan telur bacem yang utuh dijualnya Rp 16.000. Sate usus atau ati ampela dibanderolnya Rp 3.000 per tusuk.
Sehari-hari, Cipto memperoleh omzet yang cukup menggiurkan. Rata-rata omzet hariannya menembus hingga Rp 5 juta per hari.
"(Omzet harian, red) tergantung bisa sekitar Rp 4-5 jutaan," tuturnya.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News