Keren! Sulap Limbah jadi Berkah, UMKM Eank Solo Bikin Sangkar Burung dari Paralon Bekas hingga Tembus Ekspor

05 Maret 2024 21:40

GenPI.co - Pemilik usaha Eank Solo, Eko Sri Muryanto, tak menyangka idenya membuat sangkar burung dari limbah paralon atau pipa bekas ternyata laku keras dijual hingga bisa ekspor. Warga Mojosongo Solo ini semula berjualan spare part mobil di Pasar Notoharjo Solo. Pekerjaan ini membuatnya akrab dengan barang bekas, termasuk paralon. 

“Awal bikin usaha, saya basic pedagang spare part mobil, jadi sering main ke penampungan rosok. Saya lihat paralon itu kalau digilas tronton enggak apa-apa. Nah, kebetulan di kampung saya itu sentra pembuat sangkar burung di Mojosongo,” kata dia saat diwawancara GenPI.co di lapaknya di Ngarsopuro Night Market, Jumat (1/3). 

Edi mengamati kebanyakan sangkar burung dibuat dari kayu dan bambu. Namun, bahan utama ini membuat sangkar cepat rusak, berjamur, mudah terkena hama hingga tidak tahan air, dan panas. Dia lalu mendapat ide membikin sangkar burung yang lebih awet dari paralon bekas yang didapatnya dari penampungan rosok. 

BACA JUGA:  Denny Caknan Tampil di Final Nugraha Karya Desa BRILian 2023, Total Hadiah Rp 4,35 M

Akhirnya dia membikin sangkar burung yang diklaim antipecah, tahan air, dan lebih awet dibandingkan dari kayu pada tahun 2014 lalu. Setelah selesai dibuat, dia lalu menjualnya ke Pasar Depok yang dikenal sebagai pasar hewan di Solo. Semula orang menganggap biasa sangkar burung paralon buatannya ini.

Selama bertahun-tahun dia menjual sangkar burung buatannya dengan cara manual, yakni di pasar. Dia memproduksi sangkar burung dan akuarium dari bahan limbah paralon dan limbah akrilik transparan dengan merek Eank Solo. 

BACA JUGA:  Dukung UMKM Naik Kelas, Hive Five Gandeng Bank BRI

Produknya mulai dikenal orang dari berbagai daerah setelah dia promosi lewat media sosial Facebook. Ketika itu Eko bergabung dengan Rumah Kreatif BUMN (RKB) di Solo yang diinisiasi Bank BRI pada tahun 2017. Dari sinilah dia belajar marketing online dan memasarkan sangkar burungnya melalui Facebook.

“Dapat pelatihan pasti (bergabung di RKB). Saya baru tahu pelatihan kewirausahaan apa, lalu dapat marketing online, ini yang paling mengena saya. Dulu saya gaptek (gagap teknologi), jualan dari mulut ke mulut, pasar ke pasar, jualan sangkar burung di Pasar Depok,” tutur dia.

BACA JUGA:  Cerita UMKM di Solo Terbantu KUR BRI, Bunga Murah dan Syarat Gampang

Eko bercerita di RKB belajar marketing online dengan sarana media sosial mulai dari Facebook Ads, Instagram, dan marketplace. Bahkan, dia juga mendapat ilmu cara public speaking yang baik. 

“Saya mulai belajar posting di FB. Kalau di saya paling nyantol ya jualan di FB. Saya jual lewat FB lalu ada orang Pati komen, dia bilang kalau memang sangkar burung bikinan saya tidak pecah (awet), dia akan bayar berapa pun. Dia lalu ke Solo dan membuktikan langsung karya saya,” ungkap dia.

Dia akhirnya mengetahui sangkar burung bikinannya terbilang unik dan menarik karena terbuat dari bahan yang tidak biasa seperti limbah paralon. Bahkan dia mendapatkan buyer dari Singapura karena kepincut produknya yang dipajang di Rumah Kreatif BUMN Solo. 

Tak cuma mendapat ilmu marketing, Eko juga menjadi jago berbicara di depan umum setelah memeroleh pelatihan public speaking dari BRI. Dia mengaku semula tidak berani ngomong di depan orang banyak. Kini pria berusia 47 tahun ini bolak-balik diminta mengisi berbagai acara kaitannya dengan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). 

Selain itu, Eko dengan produk andalannya kerap ikut berbagai pameran. Mulai dari Pesta Rakyat Simpedes, pameran di Solo Raya, di Jakarta, hingga produknya dipajang di Istana Negara. 

Keberhasilan Eko dengan usaha sangkar burung Eank Solo dan didampingi Rumah Kreatif BUMN ini diganjar penghargaan dalam program BRIncubator. Eank Solo sukses menyabet peringkat ketiga BRIncubator tahun 2018 lalu.

BRIncubator merupakan orientasi pada pemberian akses pembiayaan dan peningkatan kapasitas UMKM secara digital. BRIncubator adalah pengembangan program Rumah Kreatif BUMN yang fokus memberikan pendampingan seperti Go-Modern, Go-Digital, dan Go-Online.

“Ini jelas berdampak pada omzet saya. Sebelum pandemi omzet bisa 200%-300%. Setelah saya dapat marketing online, jadi tahu ternyata saya termasuk pionir bikin sangkar burung dari paralon itu. Ternyata saya jualnya terlalu murah di pasar. Jadi saya harusnya bisa mengendalikan harga,” tutur dia.

Dalam sebulan, dia bisa menyelesaikan sekitar 30 buah sangkar burung dari paralon bekas. Apabila memakai bahan akrilik, pengerjaannya lebih lama lagi sehingga dalam  sebulan hasilnya hanya 15 buah sangkar burung. Dia dibantu sebanyak 4 orang karyawan.

Di sisi lain, bahan utama paralon bekas yang tidak terpakai ini kerap didapatnya dari proyek-proyek di Solo. Tak jarang bahan baku sangkar burung ini diberi orang. Namun demikian, dia paling sering memeroleh paralon bekas dari penampungan rosok.

Soal harga, sangkar burung polos dari paralon paling murah Rp 500.000, sementara yang mahal mencapai Rp 2,5 juta tergantung tingkat kesulitannya. 

“Kalau di RKB pendanaan langsung tidak ada, tapi saya dapat akses mudah KUR (kredit usaha rakyat). Saya juga banyak diajari digital banking, seperti cara pakai BRImo sampai penggunaan QRIS,” jelas dia.

Dalam rilis yang diterima GenPI.co, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk terus berkomitmen mendukung pemberdayaan dan permodalan UMKM melalui berbagai program, salah satunya Rumah BUMN. Rumah BUMN adalah upaya Kementerian BUMN dan perusahaan BUMN untuk memajukan ekonomi kerakyatan, terutama UMKM yang menjadi pusat literasi dan inkubasi bisnis. 

Sejak didirikan pada tahun 2017, terdapat 54 Rumah BUMN yang dimiliki BRI di seluruh Indonesia. Dari awal terbentuk, terjadi pertumbuhan signifikan jumlah UMKM yang mendaftar dari tahun ke tahun. Sampai per Desember 2023, sebanyak lebih dari 418.000 UMKM telah terdaftar dengan 12 ribu jumlah pelatihan. Jumlah ini naik 3 kali lipat dibanding 2019. 

Direktur Bisnis Mikro BRI Supari menerangkan program Rumah BUMN ini sangat efektif memberdayakan pengusaha di segmen mikro bahkan lebih kecil lagi sampai dengan level ultra mikro untuk tumbuh dan berkembang. Apalagi saat ini, BRI telah memiliki Holding Ultra Mikro (UMi) dengan mengintegrasikan proses bisnis Pegadaian dan Permodalan Nasional Madani (PNM), sehingga dapat mempercepat tujuan UMKM naik kelas. 

“Kami punya 54 titik Rumah BUMN yang sudah memiliki lebih dari 400.000 anggota. Program seperti ini kami akan perkuat di program yang menjangkau segmen mikro yang lebih bawah lagi, atau yang disebut ultra mikro. Kami bekerja sama dengan PNM dan Pegadaian yang sudah menjadi bagian dari Holding Ultra Mikro. Kita akan per-solid dan permudah serta percepat UMKM mulai dari ultra mikro ke mikro hingga menjadi pelaku usaha yang difasilitasi pinjaman komersial,” kata Supari. 

Melalui Rumah BUMN, UMKM diberdayakan untuk melek teknologi melalui digitalisasi hingga mampu ekspor. Dari total UMKM yang terdaftar, sudah 49.148 UMKM Go Digital, 22.648 di antaranya Go Online, serta 872 UMKM di antaranya Go Global. 

Adapun sektor yang dibina oleh Rumah BUMN BRI adalah Industri Kreatif seperti fashion, food and beverages, accessories & beauty, home decor & craft sebanyak 89.629 UMKM. Sisanya sebanyak 328.959 UMKM berasal dari sektor industri lainnya seperti jasa perdagangan, layanan, pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan, dan masih banyak lagi.

Supari menambahkan program Rumah BUMN ini sejalan dengan upaya menaikkelaskan (graduasi) UMKM demi mencapai 90% inklusi keuangan di Indonesia di masa depan. Program ini menekankan pada kualitas pelaku usaha melalui literasi. Tercatat sebanyak 2.932 literasi dasar, 4.781 literasi bisnis, dan 4.519 literasi digital telah dilakukan hingga Desember 2023.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Farida Trisnaningtyas

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co