Japlak, Sejenis Seblak Camilan Berbuka Puasa Khas Sukabumi

13 Mei 2019 09:02

GenPI.co— Pecinta kuliner tentu sudah pernah mencicipi seblak. Rasanya yang pedas cocok untuk camilan ringan usai sholat Tarawih. 

Hampir mirip dengan seblak, Kabupaten Sukabumi memiliki makanan khas bernama japlak. Ternyata, japlak ini sudah lama populer di kalangan milenial lho.

Saat kamu bepergian melewati jalan Raya Bogor Sukabumi, tentu banyak menemukan pedagang gerobak pinggir jalan yang menjual japlak. 

Makanan yang terbuat dari kerupuk ini memang mirip dengan batagor. Namun perbedaannya japlak disajikan menggunakan kuah dan bumbu rempah, cabai giling ditambah makaroni basah sebagai pelengkap.

Baca juga:

Infuse Water Juga Baik DIminum Saat Ramadhan, Loh!

Ini Rumus Minum Air Saat Ramadhan

Tidak hanya rasa kuah pedas asin, camilan ini juga memiliki rasa karamel pedas manis. Masing-masing memiliki isian yang sama seperti batagor kering, tahu kering, cabai kering, bakso, makaroni. 

Namun penyajiannya sedikit berbeda, japlak karamel diolah menggunakan wajan ditambah gula cair lalu di aduk aduk hingga merata dan siap disantap.

Jika umumnya japlak dijual dalam hidangan siap saji, ada pula japlak model kemasan mentah dengan bumbu yang dipisah. Sehingga bisa disimpan di kulkas untuk diolah kapan saja. Salah satu penjualnya adalah Sri Hastuti, seorang mahasiswa semester akhir di UPN Veteran Jakarta.  


Japlak ‘Nyaplakin’ raih omzet hingga jutaan rupiah per minggu saat Ramadhan (foto" Instagram @nyaplakin)

Lewat label dagang yang diberi nama ‘Nyaplakin’, usaha gadis asal Sukabumi itu makin berkembang pesat termasuk saat bulan Ramadhan. Bahkan di bulan puasa ia bisa menjual hingga 30 bungkus setiap harinya.

“Kalau untuk bahan-bahan dasarnya langsung dari Sukabumi, tapi bumbu dan kemasannya aku racik di kostan,” ucap mahasiswa Ilmu Komunikasi kepada GenPI.co baru-baru ini.

Seiring dengan meningkatnya permintaan, lanjut Sri, ia turut merasakan omzet lebih besar. Bahkan saat Ramadhan bisa mencapai untung hingga 30 persen. Walaupun demikian, ia harus rela untuk lembur sampai pukul 01.00 WIB.

“Biasanya kalau pesan banyak gitu, kami kasih harga khusus. Kalo harga normalnya itu Rp20 ribu, ya kami kasih Rp15 ribu per bungkus,” sambung Sri.

Diakui Sri, setiap minggunya ia rata-rata menerima pesanan hingga 30 bungkus. Dari situ ia bisa mendapatkan omzet bersih sebesar Rp 1,2 juta. 

Selain dari mulut ke mulut, pemesanan japlak miliknya bisa dilakukan di sosial media Instagram @nyaplakin.

 

Tonton juga video ini:

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Linda Teti Cordina Reporter: Hafid Arsyid

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co