Ziarah Makam Syekh Qotbudin yang Laris Saat Pemilu dan Pilkada

02 Juli 2019 02:31

GenPI.co - Di perbatasan dusun Tasaba dan Candirejo, tepatnya di tengah-tengah lahan pertanian yang terbentang luas di bagian luar permukiman warga, ada sebuah gapura bercorak candi dengan ukuran cukup besar yang menuntun kita ke sebuah makam. Makam tersebut memang makam umum warga desa Candirejo kecamatan Mojotengah Wonosobo. Namun keistimewaannya terkait dengan sebuah makam ulama yang pada tahun 1994 ditemukan oleh Gus Dur atau presiden Abdurrahman Wahid ketika mengunjungi Wonosobo. Desa di lereng Sindoro itu hanya berjarak 20 menit dari pusat kota dan kita bisa melihat batuan candi Hindu  yang tertinggal di sebagian besar kawasan makam dandigunakan sebagai batu nisan.

“Saat Gus Dur ke desa dan ke makam tua sekitar 3.30 WIB pagi hari. Itu pun tak banyak warga yang tahu jika yang berkunjung adalah Gus Dur yang kala itu memang belum menjabat Presiden. Namun karena diantar para ulama Wonosobo, beberapa warga kemudian bertanya-tanya. Ternyata sebelum ke Candirejo ini, Gus Dur sudah berkeliling Wonosobo ke desa yang bernama Candi untuk mencari makam tersebut. Yang akhirnya diketahui sebagai makam Syekh Qotbudin, seorang ulama besar yang menyebarkan islam di awal masa Islam datang ke nusantara,” kata Edi Masrukhin, salah satu tokoh desa sekaligus juru kunci makam.

Baca juga :

1 Tahun Pasar Kumandang Wonosobo, Menpar : Makin Keren, Paten! 

500 Tenong Ramaikan Tradisi Nyadran Laku Sikramat Wonosobo 

Kenalkan Budaya Jawa ke Balita, Sekolah di Wonosobo Lakukan Ini 

Menurut Edi, keberadaan makam tua tersebut, khususnya pusara syekh Qotbudin memang sudah diistimewakan warga sebelum ditemukan Gus Dur, namun warga hanya mengetahui informasi dari para tetua bahwa itu adalah makam orang suci atau orang sakti. Bahkan kondisi makam sebelumnya cukup unik, yakni diselubungi pohon beringin besar dan berada tepat di tengah-tengahnya.

“Setelah ditemukan Gus Dur itu, lalu kami minta izin kepada para ulama untuk merapikan sekitar makam dan akhirnya dibangun pagar dan diberi atap sehingga para peziarah lebih nyaman. Paling ramai peziarah ketika bulan Ruwah atau Sura dan juga banyak orang-orang penting yang berziarah, terutama saat momentum pencalonan atau pemilu,” ungkapnya.

Syekh Qotbudin, menurut informasi dari Gus Dur yang waktu itu juga mendapatkan informasi dari arsip di Belanda, merupakan seorang pendakwah islam asal Persia dengan Torekot Naqsabandiyah yang cukup dikenal luas di nusantara. Bahkan beliau diyakini menjadi guru spiritual dari Jaka Tingkir atau Sultan Hadiwijaya yang juga leluhur Gus Dur sendiri . terkait keberadaan makam, menurut warga setempat yang memiliki lahan di samping makam, Sardiono, setelah jalan ke makam diperbaiki pada 2006, jumlah pengunjung ke Wonosobo semakin meningkat.

“Kalau sekarang tiap hari ada saja yang datang. Apalagi saya di ladang dari pagi sampai sore, pasti ada orang parkir dan berziarah. Ada kepercayaan, dulunya sekitar makam ada perkampungan bahkan pusat desa, tapi karena mungkin ada bencana sehingga permukiman pindah ke sisi utara dan Barat makam. Menurut informasi para tokoh agama, beliau ini adalah seorang tokoh penyebar islam di masa awal, bahkan sebelum Walisongo ada di pulau jawa, bahkan ada yang menyebut syekh Qotbudin setingkat para Wali,” ungkapnya. 


Tonton lagi :

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Ardini Maharani Dwi Setyarini

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co